Minggu, 22 Maret 2015

BENARKAH WALISONGO TIDAK PUNYA KETURUNAN? (Menjawab Kerisauan Keluarga Besar Azmatkhan Al Husaini)

TULISAN INI PERNAH KAMI BUAT DI BLOG KAMI YANG TERDAHULU......

Tulisan ini kami munculkan untuk menjawab kerisauan para keturunan Walisongo yang selama ini mungkin ada beberapa yang mendapatkan perlakuan yang tidak etis terhadap keberadaan mereka yang merupakan keturunan Walisongo atau Keturunan dari keluarga besar Azmatkhan Al Husaini...

Inilah tulisan kami yang dua tahun lalu pernah kami tulis.......
Judul ini lagi-lagi harus kami angkat, karena sampai sekarang masih banyak pendapat yang mengatakan kalau walisongo tidak punya keturunan, dan pendapat itu masih sangat marak, khususnya mereka-mereka yang beranggapan jika Alawiyyin itu hanya berasal dari masa-masa abad ke 18 /sd 20.
Pendapat ini sering sekali kami dapati, dan anehnya seringsekali disebar luaskan oleh mereka-mereka yang kurang pemahamannya akan sejarah dan nasab Walisongo. Padahal Walisongo adalah merupakan Alawiyyin tulen yang menjadi pelopor gerakan Dakwah dalam bentuk Majelis (Organisasi) di Nusantara ini. Jelas jika sebuah Majelis atau Organisasi itu muncul, itu menandakan jika gerakan Dakwah ini dilakukan dengan cara yang telah terukur dan sistematis. Artinya masa Walisongo penyebaran Islamnya sudah dilakukan dengan cara-cara profesional dan tentu semua itu meniru dari caranya Rasulullah Shollahu ‘Alaihi Wassallam.

Adanya pendapat kalau Walisongo itu tidak punya keturunan, merupakan sebuah hal yang lucu dan aneh serta tidak sesuai dengan fakta dilapangan yang ada, karena bagaimana bisa, dari sekian ribu keluarga besar walisongo, dikatakan tidak satupun memiliki keturunan. Wah bagaimana pula status nasab-nasab para ulama besar yang ada di Jawa, Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Maluku yang nasabnya banyak yang bersambung dengan Walisongo atau Azmatkhan itu? Padahal berdasarkan catatan nasab yang sudah dihimpun oleh keluarga besar Keturunan Sunan Kudus, keturunan dari Walisongo itu jumlahnya puluhan ribu, itu saja yang baru didata, belum lagi ribuan keturunan lain yang masih bertebaran di seantero Nusantara yang belum melaporkan nasabnya.

Alasan-alasan yang sering diangkat oleh beberapa orang tersebut bahwa pencatatan nasab walisongo tidak ada, karena walisongo tidak mewariskan pencatatan nasab, apalagi dengan jarak yang sudah 600 tahun  sampai dengan pada masa yang sekarang. Pendapat ini bahkan sering mereka perkuat dengan mengatakan bahwa dibeberapa lembaga nasab di negeri ini tidak ada catatan nasab dari keturunan Walisongo.

Benarkah demikian? Tidak adanya catatan nasab di beberapa lembaga nasab tersebut bukan berarti nasab keturunan walisongo itu tidak ada. Bukankah lembaga nasab yang ada di negeri ini baru terbentuk tahun 1928? Sedangkan pencatatan nasab walisongo sudah dimulai sejak masa Sayyid Abdul Malik Azmatkhan (tahun 1200an) kemudian juga mencapai puncaknya pada masa Sunan Kudus Azmatkhan (tahun 1400an). Dan perlu kita ketahui bahwa pencatatan nasab keluarga besar Walisongo lebih banyak dilakukan oleh keluarga masing-masing. Lagipula untuk bisa meneruskan sebuah pencatatan nasab dalam sebuah kitab nasab, itu jelas masing-masing fihak harus memiliki sanad ilmu nasab. Lembaga nasab yang tidak ada data nasab walisongo, itu bisa saja terjadi, karena mereka memang tidak punya sanad ilmu nasab yang sampai kepada keluarga besar Walisongo. Jadi wajar saja. Jadi sebenarnya hal seperti ini kita maklumi saja. Lagipula hubungan antara keturunan Walisongo dan lembaga tersebut juga tidak ada masalah. Semua baik-baik saja kok..

Dan memang dalam hal pencatatan nasab, itu jelas harus dilakukan oleh orang yang memiliki sanad. Pencatatan yang saya maksudkan ini bukan sekedar pencatatan, namun orang yang melakukan pencatatan itu  juga harus merupakan seorang ulama yang menekuni bidang ilmu nasab. Kalau hanya sekedar mencatat semua orang juga bisa. Kalau hanya belajar secara otodidak semua orang juga bisa, namun untuk masalah SANAD, jelas itu harus diperoleh dari orang-orang yang mempunyai sanad ilmu nasab. Nilai sanad itu sama seperti sebuah kunci. Sebuah Gudang tidak akan bisa dibuka jika tidak ada kuncinya. Nilai sanad dalam sebuah ilmu jelas sangat mutlak dibutuhkan. Beberapa ulama pada masa lalu sampai harus berkorban kesana kemari hanya ingin memperoleh sanad dari beberapa ulama. Walisongo itu semuanya mempunyai sanad dalam berbagai ilmu, apalagi pencatatan dalam bidang ilmu nasab. Jadi kalau dikatakan walisongo tidak mempunyai keturunan itu aneh dan mengada-ada, padahal setiap keturunan Walisongo mempunyai catatan nasab dimasing-masing keluarga.

Coba anda bayangkan, Walisongo adalah orang-orang yang terdiri dari kaum terpelajar dan ilmuwan, apakah mungkin mereka tidak meninggalkan generasi-generasi yang menjaga ilmu pengetahuan termasuk pencatatan-pencatatan dalam bidang ilmu nasab. Apakah tidak aneh, generasi cerdas meninggalkan keturunan generasi bodoh? Apakah mungkin Walisongo yang keluarga dan leluhurnya sangat menjaga nasab, tidak mewariskan hal ini kepada anak cucunya? Tidak mungkin! Dan saya juga tidak mengada-ngada, buktinya..... kalau anda mau meneliti nasab-nasab ulama besar di Nusantara ini banyak dari mereka yang ternyata nasabnya bersambung dengan Walisongo dan Azmatkhan. Kyai-kyai yang mempunyai pondok pesantren besar, baik itu di Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, Sumatra, Sulawesi, Kalimantan, Maluku, Banten, banyak nasabnya kembali kepada Azmatkhan atau Walisongo. Tokoh-tokoh ulama besar Nusantara dan juga tokoh-tokoh bangsa di negara kita ini hampir kesemuanya adalah Azmatkhan. Bahkan para pemimpin bangsa yang saat ini banyak yang memiliki keterkaitan nasab dengan Walisongo dan juga Azmatkhan. Kesultanan-kesultanan yang ada di Nusantara ini bahkan banyak yang dari keturunan Azmatkhan, seperti Kesultanan Demak, Banten, Cirebon, Ternate, Palembang, Deli, Wajo, Lampung, dll. Beberapa Sultan yang keturunan Azmatkhan bahkan mempunyai putra dan putri sampai 50 orang!!!.

Walisongo adalah terdiri dari ulama-ulama yang menjaga dengan rapi catatan-catatan nasab. Dan perlu diketahui bahwa jumlah keturunan Walisongo itu puluhan ribu. 9 Wali yang populer itu saja, masing-masing anak mereka keturunannya sudah ribuan dan itu tercatat dalam kitab Al Mausuuah LI Ansaabi Al-Imam Al-Husani. Satu Walisongo saja anaknya ada yang berjumlah 21 orang. Coba anda bayangkan satu walisongo ada anaknya yang berjumlah 21 orang, dan 1 dari 21 orang ini keturunannya ribuan, Belum lagi Walisongo lain yang anaknya juga ada yang berjumlah 15 orang, ada yang 11 orang, ada yang 26 orang, ada yang 17 orang, belum lagi Wali-wali yang tidak masuk jajaran Walisongo yang merupakan keturunan Azmatkhan.

Ketika saya mempelajari satu orang keturunan dari satu Walisongo saja, kadang saya terkejut, karena jumlah keturunan mereka itu cukup fantastis..dan itu jelas dari jalur nasab, artinya garis keturunan langsung. Ini baru satu contoh kecil saja, belum lagi keturunan-keturunan dari datuknya Walisongo misalnya ketika dimulai dari Sayyid Abdullah Amir Khan, Sayyid Ahmad Syah Jalaluddin, Sayyid Husein Jamaludin Jumadhil Kubro, wah bisa pecah otak ini bila melihat runutan keturunan mereka yang menyebar keberbagai belahan dunia. Jadi kalau dibilang Walisongo tidak punya keturunan, itu sangat tidak sesuai dengan fakta yang ada.

Kesimpulannya bagi orang yang sering mengatakan kalau Walisongo tidak punya keturunan, itu menandakan jika ia tidak pernah mempelajari sejarah walisongo dan menandakan jika dia itu tidak pernah meneliti nasab-nasab yang merupakan keturunan Walisongo. Padahal kalau mereka mau meneliti dan mau mempelajari nasab keturunan walisongo, saya jamin tidak akan pernah selesai mendata keturunan Walisongo karena begitu banyaknya keturunan mereka di bumi Nusantara ini.

Semoga fihak yang selama ini mendeskriditkan keluarga besar keturunan Walisongo dan Azmatkhan diberikan hidayah oleh Allah SWT...
Lebih baik kita doakan mereka agar dibuka hatinya.... Amin

Wallahu A’lam Bishhowab...