Sabtu, 27 Juni 2015

DOKUMEN-DOKUMEN LANGKA TENTANG WALISONGO (Bukti Kuatnya Tradisi Intelektual Walisongo Dan Keturunannya)

Berikut adalah dokumen-dokumen yang dipastikan kebenarannya sehubungan dengan Nasab dan Sejarah Walisongo;

  1. Al-Mausuuah Li Ansaabi Al-Imam Al-Husaini, Kitab ini adalah Kitab Nasab yang disusun oleh Al-Allamah As-Syekh Sayyid Bahruddin Azmatkhan Al Hafizh yang lahir tahun 1899 Masehi dan Wafat tahun 1992 Masehi. Sayyid Bahruddin Azmatkhan adalah Ulama Kelahiran Banyuwangi Jawa Timur, 4 orang leluhurnya yang diatas ulama ahli nasab dan Imam-imam Di Masjidil Haram. Kitab Nasab yang beliau miliki ini adalah kitab Nasab yang berisi Nasab-nasab Al-Husaini Seluruh Dunia, Sayyid Bahruddin Azmatkhan sendiri adalah Peneliti Nasab yang memiliki sanad sampai kepada Rasulullah SAW, Beliau memulai penelitian Nasab sejak tahun 1919 s/d 1992 Masehi, sebelumnya penelitian dan pendataan Nasab telah dilakukan oleh ayah, kakek, buyut terus sampai kepada Sunan Kudus yang merupakan leluhur beliau. Artinya status sebagai ahli nasab dari beliau memang turun temurun. Semua nasab keluarga besar Walisongo tercatat dengan rapi dikitab yang memiliki sanad sampai kepada Rasulullah SAW ini. Standarisasi ketika menentukan sebuah nasab itu shohih atau tidak dikitab ini sangatlah super ketat!. Ratusan Metode yang ilmiah menjadi standar kitab ini, sehingga nasab yang masuk kedalam kitab ini betul-betul sudah teruji kesahihannya. Sayyid Bahruddin Azmatkhan memang ulama ahli nasab yang luar biasa, hafalan nasabnya juga sangat menakjubkan (beliau hafal puluhan ribu nasab), beliau ini hafizh quran dan juga penghapal hadist, beliau juga orang yang tawadhu, tidak terlihat jika beliau seorang ahli nasab yang tangguh, pakaian dan gaya beliau bahkan cenderung seperti orang desa pada umumnya. Kitab ini memang sangat mencengangkan, Dari mulai nasab Walisongo, Kesultanan kesultanan, tokoh-tokoh bangsa, dan yang lain-lain, semua ada didalam kitab yang langka ini. Saat ini keberadaan kitab ini sudah dibuat dalam bahasa Indonesia dan dalam bentuk digital. Salah satu Kelebihan kitab ini, disetiap nama yang ditulis selalu diberikan fotnote atau keterangan panjang lebar tentang sejarah, biografi serta keterangan keterangan yang mendetail dari nama tersebut. Jadi bisa dibayangkan bagaimana tebal kitab ini. Oleh karenanya bagi orang yang coba coba membuat nasab palsu yang dinisbahkan kepada keluarga besar walisongo, akan bisa terdeteksi kepalsuanya, karena catatan nasab walisongo ini lengkap dan terperinci. Kitab ini tidak diperjual belikan apalagi difotocopi. Dan memang kitab nasab itu tidak boleh diperjual belikan apalagi sampai difotocopi. Kenapa demikian ? karena kitab nasab ini bersanad, sehingga orang yang bersanadlah yang boleh menyimpan mendata dan menerangkan kepada orang lain. Kalau ada kitab nasab bentuknya foto copi dan mengatasnamakan kitab ini, berarti itu kitab nasab palsu, sekalipun isinya benar, kepalsuannya adalah karena kitab nasab itu didapatkannya dengan cara mencuri. Jika kitab nasab itu berupa fotocopi maka ini justru malah bisa menjadi malapetaka, karena bisa jadi akan banyak orang yang memalsukan kitab nasab itu, dan bahayanya lagi jika kitab nasab itu jatuh kepada orang yang membenci Ahlul Bait. Kitab nasab cukup satu orang saja yang memegangnya dan sudah tentu mereka yang memegang kitab nasab itu harus mempunyai sanad keilmuan dalam bidang ilmu nasab sampai kepada Rasulullah SAW. 
  2. Arsyul Muluk, Kitab Nasab yang disusun oleh Sayyid Bahruddin Azmatkhan, berisi sejarah dan Nasab Walisongo dan nasab-nasab Azmatkhan seluruh dunia dari era Sayyid Abdul Malik Sampai sekarang dan ditulis dalam versi yang sangat lengkap. Kitab Nasab ini sebagai salah satu bukti kuat dan sahih jika walisongo mempunyai keturunan hingga sekarang.
  3. Ilhafun Nadhoir, Kitab Nasab Yang disusun oleh Al habib Zain bin Abdullah Al Kaff, Kitab ini juga isinya banyak dikutif oleh Alhabib Ahmad bin Abdullah Assagaf yang menyusun kitab nasab Khidmatul Asyiroh yang berisi nasab-nasab keturunan keluarga besar walisongo. Banyak yang tidak tahu jika kitab Ilhafun Nadhoir ini ternyata isinya  mengambil dari catatan nasab yang disusun oleh Sayyid Bahruddin Azmatkhan Al Husaini. Kitab nasab ini juga sebagai bukti kepada keluarga besar Alawiyyin yang lain jika nasab walisongo terjaga dengan rapi.
  4. Syamsu Dzahirah, yang merupakan kitab silsilah keturunan Rasulullah dari jalur Ahmad bin Isa al-Muhajir yang disusun oleh Sayyid Abdurrahman bin Muhammad Al-Masyhur (Mufti Tarim Hadramaut Yaman). Mengenai tentang Sejarah dan Silsilah Walisongo, secara garis besarnya telah dijelaskan oleh Sayyid Abdurrahman Al-Mashur, sehingga keberadaan Walisongo sangat diakui oleh penyusun kitab nasab ini. Sampai saat ini kitab Syamsu Dzahirah adalah kitab rujukan yang digunakan Rabithah Alawiyah dalam mendata keturunan Alawiyyin yang ada di Nusantara, khusus untuk keturunan Walisongo, pendataannya diserahkan kepada masing-masing keturunannya dan juga khususnya kepada ulama-ulama ahli nasab keturunan Walisongo.
  5. Khidmatul Asyirah,  merupakan sebuah kitab ringkasan dari kitab Syamsud  Azh-Zhahirah yang disusun oleh As-Sayyid Ahmad bin Abdullah bin Muhsin Assegaf  yang bertujuan untuk mempermudah mengenal dan memahami nasab-nasab Alawiyyin. Di Dalam kitab beliau ini nama-nama silsilah Walisongo juga telah tercatat dengan baik, bahkan tulisan beliau ini sering dijadikan rujukan beberapa penulis sejarah tentang Ahlul Bait Nusantara. Kitab ini terbit pertama kali tahun 1365 Hijriah di Solo  Jawa Tengah.
  6. Tarikhul Aulia, Kitab Sejarah dan nasab walisongo yang ditulis dan disusun secara ringkas oleh KH Bisri Mustofa pada tahun 1954. KH Bisri Mustofa adalah ulama besar NU dan terkenal sebagai penulis kitab yang jenius dan produktif, Kitab ini memang tidak terlalu tebal namun menurut kami isinya sangat luar biasa dalam menjelaskan sejarah Walisongo. Sekalipun ada beberapa yang harus diperbaharui, namun kitab ini menurut kami sangat membantu kami dalam mempelajari sejarah dan sebagian silsilah Walisongo. Sebagian isi dari kitab ini sering kami gunakan sebagai rujukan penulisan. Kitab ini juga menjelaskan tentang tokoh tokoh walisongo lain yang jarang dikenal masyarakat.
  7. “Het book van Bonang”, buku ini ada di perpustakaan Leiden-Belanda, yang menjadi salah satu dokumen langka dari jaman Walisongo. Dokumen ini dibawa Belanda, sudah tentu kita bisa menebak kenapa dokumen sepenting ini bisa jatuh ketangan mereka, Selalu saja, dalam setiap alasan para akademisi belanda mengatakan, jika dokumen ini tidak dibawa ke belanda, mungkin dokumen yang amat penting itu sudah lenyap, sebuah pernyataan yang sefihak dan terkesan meremehkan, kalau dikatakan lenyap, buktinya sampai saat ini diberbagai keraton nusantara masih banyak buku buku kuno yang tersimpan dengan baik. itu artinya klaim akademisi  belanda banyak yang tidak benar, buku ini ditulis oleh Sunan Bonang pada abad 15 yang berisi tentang ajaran-ajaran Islam.
  8. “Suluk Linglung” sebuah buku karya Sunan Kalijogo. Buku ini berbeda dengan buku ‘Suluk Linglung’ karya Imam Anom yang banyak beredar. Suluk dalam Jawa adalah ajaran filsafat untuk mencari hubungan dan persatuan manusia dengan Tuhan, suluk merupakan salah satu bentuk ajaran yang termanifestasikan dalam sebuah kitab atau karya. Suluk Linglung Sunan Kalijaga merupakan salah satu dari sekian ajaran filasafat yang digubah oleh Iman Anom. Suluk Linglung merupakan salah satu karya sastra Sunan Kalijaga yang sampai saat ini masih jarang ditemukan diliteratur Jawa. Buku ini merupakan terjemahan dari kitab kuno warisan dari sepuh Kadilangu Demak, R.Ng. Noto Subroto kepada ibu R.A.Y Supratini Mursidi, yang keduanya adalah anak cucu Sunan Kalijaga yang ke-13 dan 14.  39 Kitab kuno yang diberi nama Suluk Linglung ini memuat tentang pengobatan dengan menggunakan berbagai ramuan tradisional, azimah yang berbentuk rajah huruf arab serta memakai isim, berbagai macam do'a. Disamping itu suluk merupakan sebuah goresan dalam bentuk bibliografi dari proses kehidupan batin seseorang atau tokoh.  Buku kuno ini menggunakan simbol-simbol prasastri penulisan ngrasa sirna sarira aji yang berarti bermakna 1806 caka bertepatan dengan tahun 1884 Masehi. Buku kuno ini ditulis diatas kertas yang dibuat dari serat kulit hewan yang merupakan transliterasi dari kitab Duryat yang diwariskan secara turun temurun oleh keluarga Sunan Kalijaga.
  9. “Kropak Farara” atau “Lontar Farara”, buku yang amat penting tentang walisongo ini diterjemahkan oleh Prof. Dr. GJW Drewes ke dalam bahasa Belanda dan diterjemahkan oleh Wahyudi ke dalam bahasa Indonesia. Lontar Ferrara adalah karya tulis yang memuat petuah keagamaan yang diyakini berasal dari Jaman Kawalen. Jaman Kewalen atau Jaman Kuwalen adalah ungkapan masyarakat Jawa dan juga merupakan ungkapan populer yang termuat dalam sejumlah naskah klasik Jawa untuk menyebut era dimana yang diyakini para anggota Wali Sanga hidup). Naskah ini ditulis di atas daun “Tal” (Lontar) yang terdiri dari 23 lembar berukuran 40 x 3,4 cm dan saat ini tersimpan di Perpustakaan Umum Ariostea di Ferrara, Italia (G. W. J. Drewes, Perdebatan Walisongo Seputar Makrifatullah, Terjemahan dari An Early Javanese Code of Muslim Ethics penerjemah: Wahyudi, Surabaya: Alfikr, 2002, p. 1). Oleh karena itu maka naskah ini sering diidentifikasi sebagai “Lontar Ferrara” atau “Kropak Ferrara”. Naskah ini secara sistematik berisi tentang panduan hidup agar menjadi muslim yang kaffah dan pada saat yang sama juga bertujuan menarik para pemeluk Islam baru dan harapan agar masyarakat Jawa membebaskan diri dari penyembahan berhala. Naskah ini ditulis dalam kondisi dimana komunitas muslim masih berjumlah sedikit.
  10. “Kitab Walisana”, kitab yang disusun oleh Sunan Giri II (Sunan Dalem) bin Sunan Giri bin Maulana Ishak Azmatkhan.  Berisi tentang ajaran Islam dan beberapa peristiwa penting dalam perkembangan masuknya agama Islam di tanah Jawa.
  11. Kitab Al-Fatawi, sebuah kitab sejarah dan silsilah yang menerangkan tentang Jayakarta (Jakarta) dan juga beberapa  kesultanan serta sejarah beberapa anggota Walisongo. Ditulis  secara estafet oleh para pencatat sejarah Jayakarta, sejak masa Al Haj Fattahillah hingga kepada masa Al-Al-Allamah KH Ratu Bagus Ahmad Syar’i Mertakusuma dari Jayakarta (jakarta). Kitab Al Fatawi terdiri dari 4 jilid, sayangnya satu jilid lagi sudah hilang, sedang yang tiga jilid berhasil diselamatkan oleh cicit dari KH Ratu Bagus Ahmad Syar’i Mertakusuma di Jakarta. Kitab ini adalah merupakan bukti keberadaan Walisongo dan beberapa Kesultanan Nusantara. Kitab Al-Fatawi ditulis ulang dengan mengambil catatan-catatan  lama dan pada tahun 1910 Masehi resmi menggunakan hurup Arab Melayu. KH Ratu Bagus Ahmad Syar’i Mertakusuma adalah keturunan Raden Fattah. Keberadaan Kitab ini jelas merupakan sebuah bukti bahwa tradisi penulisan pada keluarga Walisongo tetap berjalan lestari, artinya Walisongo itu telah memberikan warisan kepada anak keturunannya berupa warisan intelektual.

Ini saja dulu dokumen dokumen langka dari walisongo yang kami ketengahkan. sebenarnya masih banyak lagi dokumen dokumen yang dimiliki para ulama ahli nasab walisongo dan juga tersimpan di beberapa keturunan Walisongo. Rata-rata ulama keturunan Walisongo cukup produktif dalam menulis kitab, hanya saja keberadaan kitab-kitab tersebut tidak diperuntukan untuk umum, mengingat pada masa lalu sarana dan prasana begitu terbatas. Dikeluarkannya data ini sebagai jawaban kepada orang orang yang mengatakan jika walisongo atau Azmatkhan tidak memiliki catatan sejarah dan nasab.

Adanya dokumen dokumen penting seperti ini, membuktikan jika keluarga besar walisongo mempunyai budaya tulis menulis yang kuat, dengan kata lain, dunia intelektual dan akademis pada diri mereka tetaplah terjaga. Jadi tidaklah mungkin walisongo yang merupakan keluarga yang terpelajar tidak meninggalkan catatan-catatan penting terutama sejarah dan nasab mereka. Jadi tidak benar jika walisongo hanya mewariskan cerita-cerita yang hanya berbau legenda dan mitos, Walisongo itu keluarga terpelajar, mereka banyak yang terdidik dalam pola pendidikan pesantren pada masa lalu, jadi tidak benar jika walisongo mewariskan cerita rakyat semata. Dengan keterangan dari dokumen-dokumen langka tentang walisongo ini, menunjukkan jika mereka itu adalah intelektual sejati, maka mulai saat sekarang keluarga besar walisongo tidak perlu lagi khawatir terhadap gugatan gugatan tentang sejarah dan nasab walisongo. Semua sudah tersusun rapi dan terjaga dengan baik. Jika masih ada orang yang meragukan sejarah dan nasab walisongo, biarkan saja, yang penting data tentang mereka tetap ada dan terjaga...

Wallahu A'lam bisshowab.......