Kamis, 16 Juli 2015

AKAR SEJARAH ANTARA ISLAM NUSANTARA DENGAN MAJELIS DAKWAH WALISONGO

Istilah Islam Nusantara kini sedang menjadi trending topik dimana-mana. Pada saat tema ini diluncurkan oleh PBNU banyak fihak yang bereaksi, sehingga antara satu dengan yang lain, tidak jarang saling ejek, saling sindir, bahkan dimana-mana kita bisa saksikan dan lihat telah terjadi "perang urat syaraf" ketika membahas temas ini, bahkan tidak jarang, ada juga yang sudah masuk dalam kategori "Siaga II", sehingga akhirnya mau tidak mau sayapun jadi ikut-ikutan terlibat dalam isu yang satu ini. Sebenarnya saya sendiri tidak asing dengan istilah yang satu ini. Islam Nusantara adalah bukan Islam yang asing dalam kehidupan keluarga besar saya sejak dulu. Dan saya tidak pernah memandang bahwa Islam Nusantara itu merupakan Islam yang "aneh" atau mengada-ngada, saya juga tidak pernah melihat jika  Islam Nusantara  itu bertentangan atau anti  dengan hal-hal yang berkaitandengan "Arab". Anggapan kalau Islam Nusantara itu anti arab adalah hal yang salah kaprah, karena pembangun atau peletak dasar Islam Nusantara kebanyakan leluhurnya berasal dari Arab! . Bagi saya Islam Nusantara adalah Islam yang telah dikembangkan oleh para ulama terdahulu yang cerdas dan bijak,  sehingga pada hari ini kita bisa merasakan kehidupan Islam yang cukup yang Indah. Untuk mencapai sebuah kehidupan Islam yang "indah' ini tentu dibutuhkan sebuah proses yang panjang, dan akar sejarah yang panjang itu,  secara jelas bisa kita temukan pada saat kedatangan Majelis Dakwah Walisongo di Nusantara. Sebetulnya selain Walisongo akar sejarah Islam Nusantara ini juga sudah terjadi dan dilakukan pada Kesultanan lain, namun nampaknya Majelis Dakwah Walisongo akar sejarah lebih mudah didapatkan dari berbagai sumber. 

Majelis Dakwah Walisongo sendiri dapat saya tegaskan adalah merupakan akar sejarah yang penting dalam penerapan Islam Khas Nusantara. merekalah yang awalnya membangun wajah Islam di Nusantara, dengan cara mereka, baik itu dalam bidang militer, tata negara,  politik, ekonomi, sastra, budaya dan bidang-bidang lain, mereka mampu menunjukkan kelasnya sebagai seorang dai yang mempunyai kemampuan multi talent.  Jasa mereka sangatlah besar bila dibandingkan dengan kita. Mereka itu menebar Islam dengan penuh kecerdasan yang luar biasa. Bisa dibayangkan pada masa itu, dengan kondisi yang masih terbatas, mereka mampu menembus ukuran ruang dan waktu pada masa itu.

Oleh karena itu jika ingin mengetahui tentang Islam Nusantara, maka sudah sepatutnya mempelajari sejarah Majelis Dakwah Walisongo serta penunjang kekuatan mereka pada saat itu seperti Kesultanan Islam Demak. Pada masa inilah Islam Nusantara muncul, disitu ada wajah Islam yang khas pesisiran yang dekat pula dengan budaya Timur Tengah dan juga Kesultanan Turki seperti tergambarkan pada Sunan Giri, Maulana Malik Ibrahim, Maulana Ishak, Ibrahim Asmorokondi, sedangkan di sisi lain Islam Nusantara semakin kaya dengan strategi dakwah para walisongo yang masuk ke pedalaman seperti Sunan Kudus, Sunan Muria, Sunan Kalijaga, Sunan Bonang, Sunan Gunung Jati. Dan semua ini akan semakin terakomodasi pada masa Kejayaan Kesultanan Islam Demak. Adanya gerakan dakwah yang variatif ini akhirnya banyak menciptakan gambaran Islam yang harmonis dan ini terus bertahan sampai pada masa sekarang...

Mempelajari sejarah Majelis Dakwah Walisongo itu mutlak apalagi kalau ingin bicara Islam Nusantara, karena kalau bicara Islam Nusantara tanpa mengkaitkan mereka ini, itu sama saja "memotong" alur perjalanan Islam Nusantara itu sendiri. Oleh karena itu saya merasa aneh kalau banyak pakar bicara Islam Nusantara justru sama sekali tidak pernah berbicara banyak dan panjang tentang Majelis Dakwah Walisongo. Lebih aneh lagi kalau wacana ini disikapi dengan sikap apriori dan subyektif, padahal sama sekali "mereka" buta akan sejarah Majelis Dakwah Walisongo. Bagaimana mungkin bisa memahami Islam Nusantara kalau sama sejarah Majelis Dakwah Walisongo saja tidak tahu? . Padahal sejarah Majelis Dakwah Walisongo sudah banyak tertera. 

Majelis Dakwah Walisongo yang merupakan organisasi dakwah tentu dalam strateginya telah menerapkan sebuah cara dan sistem yang kiranya mudah diterima oleh siapa saja dan ini tidak terlepas dari cara yang pernah diterapkan para leluhurnya yang tersebar di berbagai negara, dari mulai Mekkah, Madinah, Irak, Iran, Yaman, India, Champa, Pattani, Malaka, Aceh, Palembang, Jawa, Sulawesi, Kalimantan, MIndanau Sulu, Ternate Tidore, Lombok, sampai kemudian menyeluruh ke wilayah Nusantara. Hasil dari adanya perpindahan dari satu negara ke negara lain dan daerah Nusantara pada umumnya telah menyebabkan mereka mampu memberikan konsep Islam yang lebih toleran, ramah, bijak, akomodatif, cerdas, dan juga tegas sehingga dimanapun Islam disebarkan oleh mereka, Islam menjadi lebih mudah diserap oleh pemeluk yang baru. Konsep dasar Islam Nusantara adalah RAHMATAN LIL ALAMIN. Islam diperkenalkan sebagai sebuah idiologi yang didalamnya banyak  terkandung nilai-nilai "Kesalehan Sosial". Dan ini yang kemudian banyak diikuti oleh jejaknya oleh para kyai dan ulama kita dalam mengajarkan Islam kepada santri dan juga masyarakatnya. Islam tidak semata berfikir untuk diri sendiri, Islam tidak semata-mata bicara halal dan haram, Islam tidak hanya semata bicara jihad, Islam tidak hanya bicara pemerintahan, Islam tidak hanya bicara pendidikan, tapi Islam yang diterapkan Majelis Dakwah Walisongo adalah Islam yang berbicara semua aspek kehidupan namun  bisa difahami, diterima hingga akhirnya bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari....

bersambung...................