Senin, 20 Juni 2016

MELURUSKAN FITNAH TERHADAP HABIB (Pengikut Habaib Kaum Terbelakang ?)

Beberapa jam yang lalu saya dipertunjukan sebuah status yang berbunyi, “mereka yang belajar atau mengikuti jejak para Habaib atau Habib adalah orang-orang terbelakang dan bodoh”. Terus terang begitu saya membaca status ini darah saya sangat mendidih dan bergejolak, ingin rasanya saya mendatangi langsung dan memberikan pelajaran kepada yang mempunyai atau menshare status tersebut, ingin rasanya orang seperti ini diberikan pelajaran khusus agar mulut dan hatinya itu bisa berlaku sopan terutama kepada yang lebih tua, namun karena saya selalu mengingat ajaran guru saya yang banyak merupakan habaib untuk selalu sabar bila mendapatkan fitnah, maka seketika itu pula saya langsung mengucapkan istigfar sebanyak banyaknya dan mohon diberikan kesabaran kepada Allah atas adanya fitnah seperti ini. Lagipula menghadapi orang-orang seperti itu akan sangat percuma bila dihadapi dengan perdebatan (karena dia sudah merasa pintar), padahal mereka sendiri itu sebenarnya tidak tahu apa yang sedang dibicarakan, jangankan arti habib secara istilah dan bahasa, secara sejarah saja sangat mungkin mereka itu sangat buta, sehingga pada akhirnya untuk menghadapi mereka ini kita haruslah memberikan fakta dan data. Mereka mau menerima atau tidak yang terpenting mereka harus tahu apa yang sedang mereka bicarakan bukanlah hal yang sepele (kalau mau menggunakan akalnya), sehingga nantinya tidak terkesan asbun dan jadi tong kosong nyaring bunyinya.
Sampai saat ini saya tidak mengerti mengapa banyak fihak yang sangat begitu membenci keberadaan para Habaib yang jelas-jelas telah memberikan banyak sumbangsih pada negeri ini. Begitu bencinya mereka sampai-sampai segala hal yang dikaitkan dengan Habaib mereka lecehkan, tidak peduli Habib itu ulama atau bukan, tidak peduli Habib itu tua atau muda, berpendidikan atau orang miskin, selama itu Habib ya lecehkan saja, toh menurut mereka Habib juga manusia biasa, toh menurut mereka Habib itu "bukan bangsa" Indonesia kok (katanya...). Bahkan seringkali antara Arab dan Habib dua hal yang selalu dianggap sama, padahal Habib adalah garis keturunan sedangkan Arab adalah wilayah. Secara Kebetulan Habib dahulunya memang banyak yang tinggal di Arab namun pada perkembangannya Habib justru sudah menyebar ke berbagai belahan dunia dan masing-masing hidup dengan budayanya sendiri termasuk Indonesia. Saya tidak menafikan jika munculnya kebencian mereka itu, mungkin saja itu disebabkan dan didasari karena adanya perilaku satu dua Habib yang mungkin telah membuat mereka kecewa. Namun apakah karena perilaku satu atau dua orang Habaib lantas semua dipukul rata ? apakah karena perilaku "keras" seorang Habib, yang justru jika diamati beritanya banyak berasal dari media dajjal, lantas kita percaya begitu saja ? apakah karena Habib itu berani berkata benar dan tegas lantas itu disebut "Radikal, Extrim dan Jumud ?" apakah karena habib itu berpakaian seperti "arab" lantas semua hal yang berbau arab jelek semua ?
Habib yang merupakan gelar yang diperuntukkan bagi keturunan Nabi Muhammad SAW adalah sebuah kehormatan. Mereka yang dipanggil Habib adalah keturunan Nabi Muhammad dari keturunan Sayyidina Husein (Sayyidina Hasan disebut Syarif). Hanya mereka yang bernasab kepada Sayyidina Huseinlah yang bisa disebut Habaib. Sejak dahulu gelar ini sudah dikenal luas sebagai identifikasi keturunan dari Nabi Muhammad SAW. Dalam beberapa penulisan gelar yang sinonim dengan Habib adalah Sayyid atau Syarif. Sedangkan gelar turunan dari Habib terutama yang ada di Indonesia dan sudah jadi gelar pribumi diantaranya Tubagus, Ratu, Ratu Bagus, Elang, Kiagus, Kemas, Masagus, Raden, Sidi, Yek, Sebagian Gus, Sebagian Lora, dll. Sehingga jika menyebut nama Habib itu sebenarnya tidak hanya diperuntukkan bagi mereka yang baru datang abad 19 yang masih terlihat Kearabannya, mereka yang sudah menjadi pribumi juga bergelar Habib jika dilihat dari garis keturunannya. Tidak mudah menyandang gelar Habib ini. Gelar ini sarat dengan beban moral yang tinggi, sehingga saya sendiri sering menemukan diantara mereka ada yang menyembunyikan kehabibannya karena takut menjadi sombong dan juga untuk menghindari fitnah dikarenakan ketidak fahaman masyarakat akan gelar Habib. Bahkan banyak dari mereka yang meminta kepada saya untuk tidak mengungkapkan kehabibannya di mata umum karena mereka diajarkan oleh para leluhurnya untuk tidak menonjolkan garis keturunannya.
Sebagai orang yang banyak bergaul dan dekat dengan Habaib, saya sendiri merasakan betul bagaimana sebenarnya perasaan para Habaib tersebut ketika diri mereka dilecehkan oleh orang-orang yang membencinya (apalagi mereka yang katanya berpendidikan), baik itu mereka yang berasal dari kaum Liberal, Sekuler, Komunis, Neo Khawarij, Kafir Harbi, dll. Bahkan tidak jarang mereka para Habib ini sering diidentikan dan dikait kaitkan dengan firqoh tertentu yang mengagung agungkan Ahlul Bait yang justru saat ini banyak ditentang oleh para Habaib itu sendiri. Para Habaib baik yang masih terlihat kearabannya atau mereka yang sudah menjadi pribumi sering sekali lebih banyak menahan diri ketika mendapatkan fitnah bertubi-tubi yang dilakukan kaum munafikun, kalaupun ada yang bersifat keras, itu adalah salah satu bentuk perlawanan satu atau dua orang Habaib yang mungkin sudah tidak tahan lagi terhadap kezaliman. Sikap keras beberapa Habaib terutama dalam menyikapi beberapa persoalan, seringkali disalahartikan bahwa semua Habaib adalah keras dan radikal, konyolnya hal ini justru menjadi santapan "media dajjal" yang memang sangat anti kepada keturunannya Rasulullah SAW, padahal hampir 99 % persen dakwah yang dilakukan para Habaib adalah Dakwah dengan penuh nasehat dan hikmah, bahkan agar penganut Islam yang diajarkan Habaib itu tidak beku dan dan gersang hatinya, maka para Habaib melakukan dakwah dengan pendekatan Kesufian. Bahkan kalau mau jujur ajaran para Habib itu justru banyak membahas tentang masalah hati, akhlak dan adab. Catat ! seluruh ulama Jakarta dan Jawa Barat , Tengah, Timur itu banyak yang berguru kepada Habib. Dan Pengaruh Habib habib itu bukan main besarnya dalam menciptakan keberhasilan dan kesuksesan para santri.
Kita sering banyak yang lupa bahwa mereka para Habaib itu, baik sejak masa Walisongo ataupun generasi yang datang pada abad 19 adalah salah satu fihak yang sangat berjasa terhadap penyebaran agama Islam di Negeri ini. Di tangan mereka Islam di Indonesia menjadi Islam yang begitu dipuja puji di berbagai negara hingga saat ini. Islam yang disebarkan para Habaib yang kebanyakan dari keluarga besar ALAWIYYIN adalah Islam yang rahmatan lil alamin. Islam yang kini berkembang yang banyak dianut bangsa ini baik yang Muhammadiyah, NU, Persis, dll itu adalah warisannya para Habib, dan itu diakui oleh para sejarawan Islam di negeri ini. Di hampir semua tempat di negeri ini termasuk pedalamannya, peran serta keluarga Habaib sangatlah tinggi. Sehingga tidaklah mengherankan jika hubungan mereka dengan rakyat setempat sangat dekat. Dibanding dengan etnis pendatang lain, keberadaan Habib bahkan dapat lebih mudah masuk, bahkan banyak mereka yang jadi pemimpin daerah seperti Sultan ataupun bangsawan. Silahkan pelajari kembali sepak terjang para Habib di negeri baik dari tulisan Van Der Berg ataupun HMH Al Hamid Al Husaini atau Muhammad Al Baqir atau KH Abdullah bin Nuh.
Peran serta Habaib pada negeri ini tidaklah kecil, mereka merambah pada berbagai bidang kehidupan dan itu berlangsung hingga sekarang. Kemunculan mereka sendiri sudah dimulai dengan kedatangan Walisongo yang merupakan keturunan Sayyid Abdul Malik Azmatkhan yang merupakan keturunan Imam Ahmad Al Muhajir dari Hadramaut, setelah itu disusul keluarga besar Basyaiban, setelah itu keluarga besar Habaib dari berbagai klan yang datang pada abad 19. Mereka berbaur dengan masyarakat, sehingga bagi masyarakat mereka adalah keluarga sendiri, asimilasi mereka juga sangat berbeda dengan etnis-etnis lain. Mereka bisa diterima dengan tangan terbuka bahkan bisa menjalin kekerabatan dengan penduduk pribumi.
Sejak kedatangan para Habaib inilah, Islam di Indonesia menjadi agama yang menjadi bersinar menerangi peradaban bangsa Indonesia ini. Muncul nama Maulana Malik Ibrahim, dan wali wali lainnya, kemudian muncul nama Habib Husein bin Abi Bakar Alaidrus, Habib Usman bin Yahya, Habib Ali Kwitang, Habib Ali bin Husein Al Attas, Habib Salim Jindan, Habib Abdullah bin Muhsin Al Attas, Habib Hadi Al Haddar, Habib Idrus Al Jufri, Prof. Dr. Habib Abdullah Bilfaqih, Al Habib Abdul Qodir Bil Faqih, Al Habib Quraish Shihab, Prof. Habib Muhammad Baharun, Habib Umar bin Hud Al Attas, Habib Abdurrahman bin Ahmad Assegaf, Habib Abu Bakar bin Muhammad Assegaf, Habib Lutfi bin Yahya, dan masih banyak ribuan Habib yang berjasa pada negeri ini , belum lagi mereka para Kyai keturunan Walisongo yang sebenarnya juga Habib seperti KH Hasyim Asy’ari Pendiri NU, KH Ahmad Dahlan pendiri Muhammadiyah, Syekh Nawawi bin Umar Al Bantani, Syekh Ahmad Khatib Al Minangkabawi, Mbah Kholil Bangkalan, Kyai Marogan, Kyai As’ad Syamsul Arifin Asembagus, Mbah Hamid Pasuruan, Abuya Dimyati Banten. Mereka semua ini adalah Habib ! selain Habib mereka adalah orang-orang yang berilmu yang telah banyak memberikan pengaruh dalam berbagai bidang kehidupan. Pondok pondok pesantren yang banyak didirikan oleh keturunan Habib yang telah menjadi kyai pribumi bahkan telah banyak menelurkan anak anak bangsa yang bisa bersaing di berbagai lapangan kerja. Keberadaan mereka terdapat dimana mana, dari mulai bidang Politik, ekonomi, budaya, seni, militer, sosial, kedokteran, tehnik, pendidikan, dll.
Bahkan mereka juga banyak yang berkecimpung pada bidang-bidang yang strategis dan menentukan yang sulit diperoleh orang lain, sehingga alangkah aneh dan piciknya jika ada yang mengatakan bahwa mereka yang belajar atau yang mengikuti jejak para Habib adalah kaum yang terbelakang dan bodoh. Hanya karena melihat seorang habib yang berwajah sangat arab dan bertingkah tidak simpatik, lantas dengan entengnya dia mengatakan para Habib dan pengikutnya adalah orang-orang jahiliah yang identik dengan kebodohan dan keterbelakangan ? padahal mereka yang mencintai Habib, termasuk saya yang bertahun tahun mengaji kepada Habaib merasakan betul manfaat ilmu yang sudah mereka torehkan, terus terang tanpa didikan mereka saya tidak akan pernah bisa menulis seperti ini, saya mungkin tidak bisa menjalankan kehidupan agama sebaik sekarang, saya mungkin tidak seberani dalam mengungkapkan kebenaran, saya mungkin sulit untuk berfikir kritis dan terbuka, saya mungkin tidak bisa mencapai pendidikan S 2, saya mungkin tidak bisa menghargai rakyat. Berkat didikan mereka itulah saya merasakan bahwa saya Alhamdulillah, tidak termasuk "golongan Jahilliah" yang dimaksud oleh sang penuduh tersebut
Mengatakan bahwa mereka yang belajar atau mengikuti jejak Habaib itu Jahililiah (apalagi dari segi pemikiran), berarti sebenarnya orang yang mengatakan tersebut sedang “menelanjangi” siapa dirinya sebenarnya, karena ketidaktahuannya akan peran dan sumbangsih keluarga besar Habaib akhirnya dengan seenak hatinya dia mengatakan bahwa para Habib dan pengikutnya adalah kaum yang terbelakang....Kalau dia seorang muslim berarti dia sudah menafikan dan melecehkan sejarah yang dia miliki sendiri , dimana Islam yang dia anut adalah Islam yang pernah diajarkan dan disebarkan oleh para Habaib di negeri ini, sehingga jika dia mengatakan para Habib dan pengikutnya "bodoh" maka ia pun termasuk orang yang "bodoh....."
Innnalillahi......semoga itu tidak terjadi pada kita semua....