Senin, 20 Juni 2016

SYEKH ABDUL QODIR JAELANI DENGAN KETAWADUANNYA TERHADAP GURU

Syekh Abdul Qodir Jaelani pada waktu mudanya pernah diajak dua orang sahabatnya untuk mengunjungi salah seorang guru besar sufi yang terkenal pada masa itu... sang guru besar sufi itu dikenal sebagai orang yang alim yang mampu menjawab semua pernasalahan agama...kedua sahabat Syekh ini juga dikenal sebagai orang orang yang cerdas dan alim dalam bidangnya.
Kedua sahabat Syekh Abdul Qodir Jaelani mempunyai tujuan masing masing...yang satu ingin bertanya tentang masalah keduniaan yang satu ingin bertanya masalah ketauhidan. Sayangnya kedua sahabat Syekh ini datang dengan maksud ingin menguji dan mengetes kemampuan Sang Guru Besar Sufi...Kedua sahabat Syekh tersebut merasa yakin jika Guru Besar Sufi tersebut tidak akan bisa menjawab.
Kedua sahabat Syekh kemudian juga sempat bertanya kepada beliau, apa tujuan dia ke Guru Sufi tersebut ? Syekh Abdul Qodir menjawab, "Aku datang kepadanya hanya untuk mencari keberkahan". Setelah ketiganya tahu masing masing keinginannya, tidak lama kemudian mereka berangkat bersama sama untuk menemui sang guru besar sufi tersebut...
Sampai dirumah sang guru sufi tersebut, tanpa di duga sang guru sufi tersebut muncul secara mendadak mengejutkan mereka...dengan mata tajam dan nada bicara yang keras, sang guru berkata kepada Sahabat Syekh yang pertama, "Hei kamu....kamu kesini kan untuk bertanya... ini..dan itu....kan ? Ketahuilah kelak dirimu akan disibuki dengan urusan dunia sehingga kamu lupa akan urusan agamamu sendiri..." setelah berkata seperti itu, perhatian tertuju kepada sahabat Syekh yang kedua, sang guru sufi berkata, "Hei kamu....kamu mau bertanya ini....dan itu...kan ? Kelak dirimu akan beralih keyakinan dikarenakan kelemahanmu terhadap wanita..."
Kedua sahabat Syekh terdiam menunduk dan ketakutan, mereka tidak menyangka Sang Guru Sufi tersebut bisa membaca isi dan hati pikiran mereka (tentu ini semua atas izin Allah)...
Setelah memberikan "gojlokan" kepada dua pemuda tersebut perhatian Sang Guru Sufi beralih kepada Syekh Abdul Qodir Jaelani yang sedari tadi hanya diam dan menunduk tawadhu. Si Guru itu kemudian berkata, "Hai Abdul Qodir, kelak namamu akan harum semerbak, ilmumu akan menyinari dunia, muridmu akan tersebar dimana mana itu karena berkat perilaku dan ketawaduanmu dalam menuntut ilmu ". Syekh Abdul Qodir hanya diam dan tetap menunduk hormat sekalipun di dalam hatinya kaget karena sang guru sufi telah mengetahui namanya padahal mereka belum pernah bertemu. Namun karena Syekh ini tidak mau berfikir macam macam maka beliau hanya menunduk hormat karena rasa sungkannya terhadap ulama.
Tidak lama dari pembicaraan tersebut, secara ajaib guru sufi tersebut menghilang secara tiba tiba dan tinggallah ketiga pemuda tersebut dengan pikiran masing masing. Mereka akhirnya kemudian kembali kepada aktivitas masing masing...
Kelak beberapa tahun kemudian pemuda yang bertanya tentang keduniaan sepanjang hidupnya dipenuhi dengan kegiatan kegiatan dunia seperti perdagangan dan bisnis terus menerus, sehingga menyebabkan dia tidak sempat lagi mengajarkan ilmunya kepada masyarakat.
Pemuda kedua yang mau bertanya tentang ketauhidan, suatu saat jatuh cinta kepada wanita nasrani yang cantik, karena dia tergila gila, dengan rela akhirnya dia bersedia menanggalkan agama Islam dan beralih menjadi seorang nasrani.....dia telah lupa kalau dulu dia merupakan seorang santri..
Pemuda yang ketiga yaitu Syekh Abdul Qodir Jaelani..Berkat sopan santunnya, berkat adabnya, berkat ketawaduannya terhadap guru gurunya termasuk sang guru sufi besar tersebut, di kemudian hari Syekh Abdul Qodir Jaelani menjadi ulama besar dunia yang hingga kini namanya sangat harum semerbak. Namanya menjadi daya tarik bagi masyarakat muslim dunia....hingga kini makamnya tidak pernah putus diziarahi
Kisah ini memberikan pelajaran...betapa dengan memelihara adab dan akhlak terhadap guru kelak si murid akan merasakan hasilnya...Si Guru Sufi yang bisa membaca pikiran kedua sahabat Syekh seolah telah mengajarkan kepada kita untuk kiranya bisa menjaga akhlakul Karimah dan itu sudah dimulai sejak si murid ingin bertemu dan menimba ilmu.... seorang murid yang belum apa apa sudah merasa dirinya berilmu maka biasanya, kelak ilmunya itu tidak akan bermanfaat kepada masyarakat karena di dalamnya tidak ada nilai nilai keberkahan....