Minggu, 14 Agustus 2016

BERZIARAH KE MAKAM PENGARANG KITAB SAFINATUNAJAH, SYEKH SALIM BIN SUMAIR AL HADROMI ASY-SYAFII "AL BATAWI"

Kalau anda dari lulusan Pesantren pasti mengenal nama beliau ini. Kitabnya yang bernama Safinatunajah sangat terkenal di hampir semua pesantren di Indonesia. Bahkan namanya sangat berkibar di beberapa manca negara. Kitab ini dalam perkembangan sejarahnya telah menjadi sebuah rujukan penting dalam membahas fiqih Islam.Bahkan sampai saat ini masih dianggap relevan.
Kitab Safinatunajah adalah sebuah kitab fiqih yang ditulis secara ringkas namun isinya sangatlah mendalam. Sehingga tidak heran dikemudian hari kitab ini banyak dibahas dan diperbincangkan banyak ulama, baik itu yang ada di Indonesia ataupun di Timur Tengah.
Kitab Safina jelas merupakan sebuah Maha Karya seorang ulama yang nanti akan banyak berhubungan dengan jaringan ulama Indonesia. Sekalipun halamannya sedikit namun yang memberikan syarah terhadap kitab ini justru lebih banyak. Bahasanya dibuat ringan dan mudah dimengerti kalangan pondok pesantren sehingga dapat dikatakan inilah salah satu keistimewaan dan kelebihan kitab Safinah.
Syekh Salim sendiri aslinya berasal dari Hadramaut. Nasab singkatnya adalah Salim bin Abdullah bin Saad bin Abdullah bin Sumair Al Hadromi Asy-Syafii Al Batawi. Syekh Salim dalam hidupnya dikenal sebagai ulama yang multi talenta. Beliau banyak menguasai berbagai cabang ilmu. Sehingga kapasitas keilmuannya diakui berbagai ulama dalam dan luar negeri.
Kemudian kenapa di belakang nama beliau pada akhir akhir ini muncul ada laqob Al Batawi seperti yang saya dapati pada beberapa tulisan ?
Sebab beliau ini telah lama menetap di Betawi dan akhirnya wafat di Betawi pada tahun 1271 Hijriah. Sekalipun dalam kitabnya tidak disebutkan nama Al Batawi di belakang namanya, dan sekalipun pada masa itu gelar yang umum diketahui oleh orang Makkah dan Madinah adalah Al Jawi, namun jika saya amati ada kecenderungan beberapa penulis sekarang ini untuk menambahkan laqob Al Batawi tersebut. Dalam Metodologi Ilmu Nasab bersanad yang pernah saya pelajari, hal ini diperbolehkan demi untuk mempertegas keterkaitan antara Syekh Salim dan Betawi (baca tulisan saya terdahulu "Metodologi Nama Dalam Ilmu Nasab"). Hal ini juga pernah terjadi pada nama Syekh Junaid yang dilaqobkan dengan Al Batawi (Guru Syekh Nawawi Al Bantani). Dapat dikatakan Laqob Al Batawi adalah sebuah Re Interpretasi Sejarah dalam diri Syekh Salim yang disematkan oleh beberapa penulis sejarah biografi beliau.
Artinya Syekh Salim bin Sumair ini jelas menjadi bagian sejarah penting Orang Betawi juga. Sehingga kalau anda orang Betawi rasanya pantas untuk bisa mendatangi makam beliau ini untuk berziarah. Sebab berkat jasanya nama Betawi semakin kesini semakin menjadi "harum" karena keberadaan ulama-ulama besarnya pada masa lalu. Dan perlu diketahui bahwa nama Laqob Al Batawi itu sampai sekarang salah satunya masih dipakai oleh keluarga Syekh Junaid yang ada di Makkah. Jadi laqob Al Batawi bukanlah hal yang aneh untuk disematkan pada diri seseorang karena ini kaitannya dengan tempat (geografis) bukan penentu vital keabsahan sebuah nasab. Sekali lagi sifatnya hanya untuk mempertegas sebuah keterkaitan antara tempat dan dirinya.
Dalam perjalanan hari ini, Minggu 10 Juli 2016, saya berhasil menziarahi makam beliau yang ternyata berada di bawah mihrab pengimaman Masjid Al Makmur Tenabang Jakarta Pusat. Ketika saya datang, saya jadi merasa miris melihat salah satu ulama kita makamnya dibuat dalam kondisi seolah seperti terkurung. Terus terang saya geleng geleng dan tidak habis fikir kenapa itu bisa terjadi, WALLAHU A'LAM APA YANG TELAH TERJADI...
Inilah hasil dokumentasi Wisata Religi saya...
(Sebenarnya ada 4 makam yang hari ini saya ziarahi, namun ada permintaan dari beberapa sahabat agar tidak semua langsung dishare)
"Wallahu A'lam Bisshowwab...."