Minggu, 14 Agustus 2016

GURU ALIF, PAKUNYA WILAYAH DUREN TIGA, KARISMATIK DAN DICINTAI PARA ULAMA & PENDEKAR

Betawi seakan-akan tidak pernah kehabisan sejarah tentang keberadaan ulama-ulamanya. Yang mahsyur saja begitu banyaknya, apalagi yang mastur. Kebetulan saya berminat pada yang terakhir. Sekalipun mungkin sejarah mereka singkat, namun dengan kita mengetahui siapa mereka, maka penghormatan rasanya wajib kita berikan kepada mereka, paling tidak dengan mengingat dan meneruskan apa-apa yang sudah mereka sumbangkan dalam menyiarkan dakwah Islamiah di bumi Betawi.
Dalam wisata sejarah dan ziarah kali ini, saya berkesempatan "mengunjungi" makam salah seorang ulama yang bernama Raden Haji Guru Alif. Saya mengetahui nama beliau ini setelah secara tidak sengaja membaca diagram nasab yang dimiliki kerabat istri saya. Nama Guru Alif sendiri bagi saya tidaklah asing, mengingat sering sekali melewati nama jalan yang diberi nama Jalan "GURU ALIF" di daerah Duren Tiga. Tapi saya tidak menyangka jika GURU ALIF ini adalah salah satu ulama yang karismatik dan terpandang di daerah Duren Tiga dan juga Tegal Parang.
Bagi sebagian masyarakat Duren Tiga khususnya yang keturunan asli setempat, nama Guru Alif sangat dikenal sebagai sosok ulama yang karismatik dan penuh wibawa. Jika dilihat dari gelarnya, beliau adalah seorang ulama yang dalam ilmunya. Pada masa lalu untuk digelari sebagai seorang "GURU" bukanlah perkara yang mudah. GURU pada masa itu sama seperti Kyai atau ulama karismatik seperti yang sekarang ini. Pada saat saya bertanya kepada seorang bapak dimana keberadaan makam Guru Alif, bapak tersebut sebelum memberitahukan lokasi makam Guru Alif, beliau banyak memuji Guru Alif dan juga menceritakan beberapa "karomah" yang dimiliki Guru Alif.
Guru Alif bila dilihat nasabnya adalah keturunan Pangeran Soegiri bin Sultan Ageng Tirtayasa, Sultan Ageng Tirtayasa adalah keturunan Maulana Hasanuddin Banten yang terkenal sangat gigih melawan VOC. Guru Alif ini masih terhitung kerabat dekat Ki Letek yang dimakamkan di Tegal Parang.
Adanya Guru Alif sekali lagi membuktikan jika keberadaan seorang ulama pada satu tempat biasanya akan memberikan dampak positif, apalagi ini mereka itu Waliyullah. Masuk ke wilayah Duren Tiga sama halnya seperti halnya ketika saya masuk ke daerah Condet, Tegal Parang, Mampang Prapatan, Kramat Jati, Klender, otista, Bidara Cina, Tebet, Kampung Melayu, Srengseng Sawah, Jagakarsa, Ciganjur yang nuansa Islamnya cukup kuat.
Dalam sejarah singkatnya, Guru Alif ini banyak dicintai para pendekar dan ulama. Seperti halnya Guru Syariun yang dikenal banyak memiliki karomah, Guru Alif ini juga punya banyak keistimewaan. Dikisahkan oleh cucunya yang bernama Babe Rozak, Guru Alif pernah melindungi orang-orang yang sedang diburu penjajah. Saat itu Guru Alif sedang mengajar dan kemudian menyuruh orang-orang tersebut duduk dan diam di dekatnya. Anehnya penjajah yang mencari keberadaan orang-orang tersebut tidak melihat jika dihadapan mereka terdapat Guru Alif dan orang-orang buruan mereka. Pernah juga suatu saat ada pencuri kambing milik beliau, anehnya kemudian si pencuri hanya bisa berputar-putar di kandangnya. Secara garis besar menurut Babe Rozaq, kakeknya itu adalah sosok ulama tawadhu tapi punya beberapa keistimewaan. Tadinya Babe Rozaqi agak enggan menceritakan kepada saya, namun karena niat saya untuk dakwah bidang sejarah, beliau justru malah bertambah akrab setelah tahu kalau istri saya orang Tegal Parang dan masih kerabat Guru Alif juga melalui hubungan dengan Ki Letek.
Bagi beberapa jawara dan pendekar, Guru Alif sangat dicintai, sehingga beberapa dari mereka meminta kepada cucunya untuk bisa dimakamkan berdekatan dengan Sang Guru Karismatik. Pada masanya para pendekar melihat sosok Guru Alif bisa membuat hati mereka bisa lebih dekat kepada Allah.
Sampai saat ini keberadaan makam beliau masih sering diizarahi keluarga dan anak keturunannya. Silaturahim sesama saudara dzurriyah beliau yang tersebar di daerah jabodetabek sampai sekarang masih terjalin dengan baik..
Al Fatehan untuk Guru Alif...