Rabu, 23 November 2016

CATATAN JAKARTA DALAM FASE-FASE PENINDASAN

Jakarta atau Jayakarta didirikan oleh Fattahillah atas restu Majlis Wali Agung yang didukung penuh Kesultanan Demak. Ketika Jayakarta direbut Jan Pieterzoon Coen dengan membakar masjid, seluruh Mujahid melawan drakula ini dengan cara bergerilya ke arah timur dan barat Jakarta. JP Coen "pintar", untuk menghadapi perlawanan mujahidin dia menggunakan beberapa etnis nusantara yang kemudian dibayarnya. Dia juga menarik Souw Beng Kong untuk merubah total negeri Jayakarta yang Islami menjadi negeri Batavia yang jahiliah. Sejak pada masa itulah banyak orang orang China "hijrah" ke "batavia". Beberapa ratus tahun kemudian terjadilah kolaborasi antara Penjajah (penerus jejak JP Coen) dan Tuan tuan Tanah Cina ( penerus jejak Souw Beng Kong didukung Marsose (tentara bayaran pribumi) dan Centeng centeng bayaran untuk menindas rakyat pribumi Jakarta. Tanah tanah dan hasil bumi para petani seringkali dirampas, rumah mereka sering digusur dan dibeli seenak perut dajjal dajjal tersebut. Pribumi benar benar dijadikan sapi perahan. Pada saat penindasan inilah muncul 7 Kesatria Jakarta yang bernama Pituan Pitulung (Pitung). Sejak itulah keberanian rakyat Jakarta muncul untuk melawan kezaliman. Perlawanan Pitung ini juga didukung oleh para alim ulama, sesepuh adat dan juga aktifis aktifis Islam politik yang saat itu secara diam-diam mulai berembrio untuk melakukan perlawanan terhadap kezaliman penjajah kafir. Spirit perlawanan Pitung telah membuat resah dan ketakutan para Tuan tanah China yang selama ini banyak dimanja oleh Penjajah Kafir. Sejak itulah selalu terjadi gesekan-gesekan. Memang benar tidak semua tuan tanah bersikap seperti itu, namun secara umum semua Tuan tanah tetap wajib loyal kepada penjajah, dan inilah yang membuat Pituan Pitulung tidak simpatik kepada mereka ditambah perilaku mereka sering melukai perasaan umat Islam Pribumi yang kukuh dengan ajarannya. Madat atau opium begitu mudah ditemukan pada lingkungan mereka yang efeknya sangat merusak jiwa dan mental dan itu sering mereka tunjukan pemakaian di depan rumah mereka. Sedangkan pribumi jelas-jelas sangat diharamkan para ulamanya untuk menggunakan barang laknat tersebut.

DAN KONDISI TERSEBUT BISA SAJA TERJADI SEKARANG.....