Rabu, 23 November 2016

DATOK KEMBANG, WALIYULLAH DITENGAH KLENTENG CHINA (Sisi Lain Wisata Ziarah Di Pesisir Utara Jakarta)

Jakarta….sekali lagi Jakarta….
Kota ini seolah tidak pernah kering akan situs bersejarah Islamnya.
Sekali lagi saya dipertunjukan sebuah suguhan situs yang luar biasa.
Perjalanan yang saya lakukan ini sebenarnya sudah saya lakukan sebulan yang lalu, hanya saja baru hari inilah saya berkenan untuk membagi pengalaman penelitan di pesisir utara Jakarta.
Dalam perjalanan kali ini saya mendatangi makam seorang Waliyullah yang berada di wilayah Ancol. Keberadaannya sendiri sebenarnya sudah lama saya ketahui melalui berbagai sumber, hanya saja kesempatan untuk meneliti tempat ini selalu terbentur masalah waktu karena adanya pekerjaan yang tidak bisa ditinggal.
Nama Waliyullah yang saya datangi ini adalah “DATOK KEMBANG”. Beliau sangat dikenal oleh sebagian para peziarah yang berada di Jakarta Utara. Menurut beberapa sumber DATOK KEMBANG nama aslinya adalah Al-Habib ‘Ali Bin Ahmad Abdulloh Al-Habsyi. Di nisannya sendiri tertulis nama MBAH SAID (SAYYID) ARELI DATO KEMBANG (KRAMAT ANCOL). Yang membuat saya tertarik untuk mendatangi makam ini adalah karena saya mendengar bahwa makam ini berada di sebuah Vihara atau Klenteng China. Tentu hal ini merupakan sebuah keunikan, mengingat beliau ini adalah seorang ulama dan juga merupakan Waliyullah. Saya sendiri sebelum mendatangi tempat ini, sebelumnya mempelajari sejarah dari Klenteng yang berhubungan dengan Datok Kembang ini dari beberapa sumber. Dengan saya mempelajari sejarah keterangan singkat Datok Kembang dan juga Klenteng ini (sekarang bernama Viihara Bahtera Bakti) maka saya tidak akan kaget atau syok ketika memasuki situs ini. Dan memang, saat saya masuk ke Vihara ini rasa percaya diri saya sangat tinggi, sehingga ketika saya masuk, saya merasa biasa-biasa saja.
Awalnya untuk mendatangi tempat ini, saya harus banyak bertanya, mengingat tidak semua orang tahu, mungkin kalau Vihara sebagian tahu, namun untuk makam DATOK KEMBANG sepertinya tidak begitu banyak yang tahu. Untuk kawasan wilayah Jakarta Utara memang kebanyakan pusat-pusat ziarah yang paling dikenal adalah Makam Habib Husein Luar Batang, Makam Kramat Kampung Bandan, Makam Mbah Priuk, sedangkan untuk makam yang satu ini bisa dikatakan jarang-jarang ada pengunjung ziarahnya.
Setelah beberapa kali saya bertanya, akhirnya tidak lama kemudian saya mendapati tempat ibadah milik Agama Budha ini. Vihara ini mempunyai halaman parkir yang cukup luas. Tidak lma sampai di lapangan parkir, saya kemudian memasuki Vihara ini.
Terus terang seperti yang saya sudah saya tulis diawal ketika saya masuk ke tempat ini, rasa percaya diri saya sangat tinggi sekali, sehingga ketika saya masuk, perasaan saya biasa-biasa saja. Saya merasa tempat ini sama seperti tempat bersejarah yang lain, lagi pula saya datang kesini untuk penelitian sejarah apalagi keberadaan situs ini sudah masuk sebagai cagar budaya.
Sampai di lokasi Vihara Bahtera Bakti saya sempat bertanya kepada salah satu anak muda yang sepertinya dari Etnis China tentang dimana posisi makam Datok Kembang, dengan ramah dia menunjukkan makam Datok Kembang. Saya kemudian masuk keruang tengah, melewati ruang ini saya sempat berpapasan dengan beberapa pengurus Vihara, dengan santai saya katakan kalau saya mau ziarah, mereka dengan senang hati mempersilahkan. Kurang dari satu menit akhirnya saya tiba di depan makam DATOK KEMBANG.
Saat saya memasuki area makam, saya sempat kaget dan syok juga ketika melihat di depan makam beliau banyak atribut-atribut yang biasa dipakai untuk upacara agama leluhur China. Tapi itu tidak lama, karena saya lebih berkonsentrasi untuk berdoa kepada arwah Sang Waliyullah ini, lagipula saya baru ngeh kalau saya lagi berada di Viharanya orang Budha. Saat saya sedang berdoa, tidak lama datang seorang anak muda (dari etnis China) yang kemudian melalukan upacara ritual di depan makam, (dalam hati saya tersenyum geli, karena kalau saja dia tahu bahwa yang disembah itu adalah ulama Islam, tentu dia pasti mikir..). Setelah dia berdoa, saya dekati dia dan saya ajak ngobrol, ternyata cukup ramah juga orang ini. Orang ini mengatakan kepada saya, bahwa tempat yang dia datangi selalu membawa “hoki”, nah loh kok bisa …???.(dalam hati saya…). Dia sudah lama mencari keberadaan makam ini, namun selalu saja gagal, dia buka google maps, tapi gak ketemu juga. Dan begitu ketemu maka segera dia datangi tempat ini untuk melakukan upacara ritual. Saya mendengarnya sih, senyum dalam hati sajalah..lha wong dia gak tahu kok. Setelah banyak ngobrol, kemudian saya minta tolong kepada dia untuk mengambil foto saya, lengkap dengan latar belakangnya. Dengan ramah dia kemudian melakukan apa yang saya inginkan. Tidak lama dengan orang ini, kemudian datang lagi seorang wanita china, dia ini juga melakukan upacara ritual yang sama, bahkan wanita yang satu ini terlihat sangat “khusuk” sekali. Walah dalam hati....(Ulama saya kok diginikan ya...?), ya sudahlah, nafsi-nafsi sajalah...gak mungkin juga kalau tiba-tiba saya teriak ke mereka, "hei musyrik kamu..." hehehe, tidak mungkinlah...
Dalam sejarahnya keberadaan Vihara ini adalah merupakan sebuah gambaran perjalanan sejarah yang unik di Kota Jakarta. Dahulu tempat ini merupakan pusat ziarah dari beberapa kebudayaan. Ada Betawi, Ada Arab dan Ada pula China. Daerah ini dahulunya merupakan daerah yang yang selaras akan kehidupan masyakarat Betawi, Arab dan China. Keberadaannya yang berlokasi di pesisir pantai menjadikannya lebih mempunyai warna, apalagi pada masa itu pusat kegiatan dan komunikasi selalu melalui laut dan sungai hingga kemudian seorang tokoh penyebar agama Islam datang ke tempat ini. Dan beliau adalah Datok Kembang. Pada masa lalu di Jakarta gelar Datok adalah gelar yang sering disematkan untuk mereka yang mempunyai keilmuan agama yang dalam, kalau sekarang mungkin bisa disebut Kyai. Orang Betawi dan orang Arab ziarah karena mengetahui bahwa Datok Kembang adalah seorang penyebar agama Islam dan dikenal juga sebagai Waliyullah, setelah wafat makamnya sering diziarahi, sedangkan orang China mengenalnya sebagai salah satu leluhur yang patut dihormati.
Tentu dalam perkembangan selanjutnya, ceritanya banyak dibumbui dengan hal-hal yang berbau legenda, dan ini bukanlah hal yang salah, karena siapa bisa menghentikan hal-hal seperti ini dari masyarakat ? Mengenai bagaimana hubungan antara Datok Kembang dengan masyarakat China, sepertinya saya melihat kemungkinan bahwa Datok Kembang ini adalah sosok yang bisa diterima semua golongan pada masa itu, itu artinya dia faham dengan keadaan masyarakat saat itu yang budayanya sangat majemuk. Mengenai keberadaan makam beliau yang ada di tengah klenteng tersebut kiranya bisa kita sikapi dengan pendekatan sejarah. Saya sendiri yakin bukan tidak mungkin posisi makam Datok Kembang dahulunya merupakan pusat penyiaran Agama Islam, namun karena pergeseran zaman keberadaannya berubah fungsi karena sudah banyak ditinggal penduduk aslinya.....(tentu perlu kajian lagi).
Bagi saya keberadaan Datok Kembang adalah sebuah sisi lain yang cukup menarik untuk dikaji. Siapa sangka di tengah sebuah Vihara ada sebuah situs yang ternyata sangat berhubungan erat dengan perkembangan agama Islam yang ada di Jakarta, khususnya di pesisir Utara Jakarta..Dan bagi saya jika ada yang mengatakan kalau situs ini sebagai sebuah tempat yang tidak layak untuk seorang ulama, itu adalah sikap yang tidak bijak. Bagaimana kalau ada kasus seorang ulama tersebut lahir dan wafat di sebuah negara non musliim ? bagaimana pula jika keberadaan makam tersebut tanahnya ternyata sudah menjadi umat lain atau pemilik Vihara tersebut ? Ingatlah kasus seperti ini sudah banyak terjadi. Justru dengan adanya tulisan seperti ini diharapkan hal seperti itu tidak terjadi lagi di masa yang akan datang.
Sebaiknya bagi mereka yang memandang makam ini secara "minor" pelajari dulu bagaimana semua itu bisa terjadi, Ingatlah bahwa sekalipun beliau berada di lingkungan umat lain, toh umat Islam masih banyak yang mengunjunginya...itu menandakan jika sosok ini masih dipandang dan dihormati.
Mudah-mudahan makam yang satu ini bisa menjadi pembelajaran buat kita semua...dimanapun dia berada kalau Allah ingin memuliakan, tetap saja dia mulia...
Wallahu A'lam bisshowwab...
Al Fatehah untuk Datok Kembang…….