Senin, 20 Juni 2016

KAJIAN TAHLIL (Menyikapi Adanya Meme Tahlilan Yang Dikaitkan dengan Kanjeng Nabi dan Imam Syafi’i)

Daripada ribut dan berdebat, yuk lebih baik kita mengadakan sebuah kajian.....
Tulisan ini ada pembahasan sebelumnya...
Setelah kita membaca uraian sebelumnya mengenai amalan orang hidup yang bisa bermanfaat bagi si mayit, pembacaan Al-Qur’an di kuburan, ruh-ruh kaum muslimin, talqin dan lain sebagainya insya Allah jelas bagi pembaca bahwa amalan-amalan yang dikerjakan saudara-saudara kita itu mempunyai dalil dan akar yang kuat. Begitu juga dengan majlis dzikir tahlilan/yasinan yang sering kita lihat, dengar atau kita alami sendiri terutama di Indonesia. Didalam majlis ini dikumandangkan pembacaan bersama ayat Al-Qur’an dan berdo’a yang ditujukan untuk kita, kaum muslimin umumnya dan khususnya untuk saudara-saudara kita muslimin yang baru wafat atau yang telah lama wafat. Tahlilan boleh diamalkan baik secara bersama maupun per-orangan.
Hal yang sama ini dilakukan juga baik oleh ulama maupun orang awam di beberapa kawasan dunia umpamanya: Malaysia, Singapura, Yaman dan lain nya.
Memang berkumpul untuk membaca tahlilan ini tidak pernah diamalkan pada zamannya Rasulallah saw.. Itu memang bid’ah (rekayasa), tetapi bid’ah hasanah (rekayasa baik), karena sejalan dengan dalil-dalil hukum syara’ dan sejalan pula dengan kaidah-kaidah umum agama. Sifat rekayasa terletak pada bentuk berkumpulnya jama’ah(secara massal), bukan terletak pada bacaan yang dibaca pada majlis tersebut. Karena bacaan yang dibaca di sana banyak diriwayatkan dalam hadits Rasulallah saw. Tidak lain semuanya ini sebagai ijtihad para ulama-ulama pakar untuk mengumpulkan orang dan mengamalkan hal tersebut.
Bentuk atau cara bacaan Tahlilan/Yasinan yang dibaca di Indonesia, Malaysia, Singapura, Yaman Selatan ialah: Pertama-tama berdo’a dengan di-iringi niat untuk orang muslimin yang telah lama wafat dan baru wafat tersebut, kemudian disambung dengan bacaan surat Al-Fatihah, surat Yaasin, ayat Kursi (Al-Baqoroh :255) dan beberapa ayat lainnya dari Al-Qur’an, tahlil (Pengucapan Lailahaillallah), tasbih (Pengucapan subhanallah), sholawat Nabi saw. dan sebagainya. Setelah itu ditutup dengan do’a kepada Allah swt. agar pahala bacaan yang telah dibaca itudihadiahkan untuk orang orang yang telah wafat terutama dikhususkan untuk orang yang baru wafat itu, yang oleh karenanya berkumpulnya orang-orang ini untuk dia. Juga berdo'a pada Allah swt. agar dosa-dosa orang muslimin baik yang masih hidup maupun telah wafat diampuni oleh-Nya dan lain sebagainya. Nah, dalam hal ini apanya yang salah...? Allah swt. Maha Pengampun dan Dia telah berfirman akan mengabulkan do'a seseorang yang berdo'a pada-Nya !
Sedangkan mengenai makanan-makanan yang dihidangkan oleh sipembuat hajat itu bukan masalah pokok tahlilan ini, tidak lain hanya untuk meng- gembirakan dan menyemarakkan para hadirin sebagai amalan sedekah dan dan tidak ada paksaan ! Bila ada orang yang sampai hutanghutang untuk mengeluarkan jamuan yang mewah, ini bukan anjuran dari agama untuk berbuat demikian, setiap orang boleh mengamalkan menurut kemampuannya. Dengan adanya ini nanti dibuat alasan oleh golongan pengingkar untuk mengharamkan tahlilan dan makan disitu. Pengharaman dengan alasan seperti itu sebenarnya bukan alasan yang tepat karena Tahlilan tidak harus diharamkan atau ditutup karena penjamuan tersebut. Seperti halnya ada orang yang ziarah kubur beranggapan bahwa ahli kubur itu bisa merdeka memberi syafa’at pada orang tersebut tanpa izin Allah swt., keyakinan yang demikian ini dilarang oleh agama. Tapi ini tidak berarti kita harus mengharam kan atau menutup ziarah kuburkarena perbuatan perorangan tersebut. Karena ziarah kubur ini sejalan dengan hukum syari’at Islam !
Sekali lagi penjamuan tamu itu bukan suatu larangan, kewajiban dan paksaan, setiap orang boleh mengamalkan menurut kemampuannya, tidak ada hadits yang mengharamkan atau melarang keluarga mayyit untuk menjamu tamu orang-orang yang ta’ziah atau yang berkumpul untuk membaca do’a bersama untuk si mayyit..
Imam Syafi’i dalam kitabnya Al Umm mengatakan bahwa disunnahkan agar orang membuat makanan untuk keluarga mayyit sehingga dapat menyenang kan mereka, yang mana hal ini telah diriwayatkan dalam hadits bahwa Rasulallah saw. tatkala datang berita wafatnya Ja’far bersabda; ‘Buatkanlah makanan untuk keluarga Ja’far, karena telah datang kepada mereka urusan yang menyibukkan’ (Tartib Musnad Imam Syafi’i, pembahasan tentang sholat, bab ke 23 ‘Sholat jenazah dan hukum-hukumnya’ hadits nr. 602 jilid 1 hal. 216)
Tetapi riwayat itu bukan berarti keluarga si mayyit haram untuk mengeluar- kan jamuan kepada para tamu yang hadir. Begitu juga orang yang hadir tidak diharamkan untuk menyuap makanan yang disediakan oleh keluarga mayyit. Penjamuaan itu semua adalah sebagai amalan sedekah dan suka rela terserah pada keluarga mayyit. Rasulallah saw. sendiri setelah mengubur mayit pernah diundang makan oleh keluarga si mayyit dan beliau memakan nya.
Sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu dawud dan Baihaqi dari Ashim bin Kulaib dari ayah seorang sahabat Anshar, berkata: “Kami telah keluar menyertai Rasulallah saw. mengiringi jenazah, maka kulihat Rasulallah saw. berpesan kepada penggali kubur, kata beliau saw., ‘perluaslah arah kedua kakinya, perluaslah arah kepalanya’. Ketika beliau pulang ditemuilah orang yang mengundang dari pihak istrinya (istri mayyit), beliau pun memenuhi undangan itu dan kami menyertainya lalu dihidangkan makanan, maka beliau mengulurkan tangannya, kemudian hadirin mengulur- kan tangan mereka, lalu mereka makan, dan aku melihat Rasulallah saw. mengunyah suapan di mulutnya”.
Ada riwayat hadits dari Thawus al-Yamani seorang tabi`in terkemuka dari kalangan penduduk Yaman yang bertemu dengan para sahabat Nabi saw. yang menyatakan; ’bahwa orang-orang mati di fitnah atau di uji atau di soal dalam kubur-kubur mereka selama tujuh hari, maka mereka menyukai untuk di berikan makanan sebagai sedekah bagi pihak si mayit sepanjang waktu tersebut’. Hadits Thawus ini dikategorikan oleh para ulama kita sebagai mursal marfu’ yang sahih. Dinamakan mursal marfu’ karena riwayat ini hanya terhenti kepada Thawus tanpa di beritahu siapa perawinya dari kalangan sahabat dan seterusnya dari Rasulallah saw.. Tetapi walaupun demikian, hadits yang melibatkan perkara ghaib (keadaan di alam barzakh), tidak akan diketahui oleh seorang pun kalau tidak dari Rasulallah saw. (penerima wahyu Ilahi).
Para ulama dalam tiga madzhab (Hanafi, Maliki dan Hanbali) menyatakan bahwa hadits mursal marfu’ ini boleh dijadikan hujjah/dalil secara mutlak, sedangkan ulama madzhab Syafi`i menyatakan boleh dijadikan hujjah jika mempunyai penyokong (selain dari mursal Ibnu Mutsayyib). Dalam konteks hadits Thawus ini, ada dua riwayat penyokongnya yaitu hadits dari ‘Ubaid dan dari Mujahid.
Sebagaimana yang telah dibahas oleh Imam Ibnu Hajar al-Haitami dalam ’al-Fatawa al-Kubra alFiqhiyyah’ jilid 2 mukasurat 30. Beliau ini ditanya dengan satu pertanyaan yang berhubungan dengan adanya pendapat ulama yang mengatakan bahwa orang mati itu difitnah/diuji atau disoal tujuh hari dalam kubur mereka, apa hadits ini mempunyai asal dari syari’at? Imam Ibnu Hajar menjawab; Bahwa pendapat tersebut mempunyai asal yang kokoh (ashlun ashilun) dalam syara’ di mana sejumlah ulama telah meriwayatkan; 1). Dari Thawus dengan sanad yang shahih, 2). Dari ‘Ubaid bin ‘Umair, dengan bersanad dalilnya dengan Ibnu ‘Abdul Bar, yang merupakan seorang yang lebih terkenal kedudukannya (maqamnya) dari kalangan tabi`in daripada Thawus, bahkan ada yang berkata dan menyatakan bahwa ‘Ubaid bin ‘Umair ini adalah seorang sahabat karena beliau dilahirkan dalam zaman Nabi s.a.w. dan hidup pada sebagian zaman Sayyidina ‘Umar di Makkah. 3). Dari Mujahid. Dan tiga riwayat ini adalahhadits mursal marfu’ karena masalah yang dikatakan itu (berkaitan dengan orang mati) adalah perkara ghaibyang tidak bisa diketahui melalui/secara akal. Apabila masalah semacam ini datangnya dari tabi`in maka ia dihukumkan mursal marfu’ kepada Rasulallah s.a.w. sebagaimana dijelaskan oleh para imam hadits; ’Hadits Mursal adalah boleh dijadikan hujjah menurut tiga imam (Hanafi, Maliki dan Hanbali) dan juga di sisi kita (yakni Syafi`i) apabila ia (hadits ini) disokong oleh riwayat lain. Dan Mursal Thawus telah disokong dengan dua(riwayat) mursal yang lain (yaitu Mursal ‘Ubaid dan Mursal Mujahid), bahkan jika kita berpendapat bahwa ‘Ubaid itu seorang sahabat niscaya bersambungan riwayat nya dengan junjungan Nabi saw.’.
Selanjutnya Imam Ibnu Hajar menyatakan bahwa telah sah riwayat daripada Thawus, ’merekamenyukai/memustahabkan untuk diberi makan bagi pihak si mati selama waktu tujuh hari tersebut’. Imam Ibnu Hajar menyatakan bahwa ’mereka’ di sini (dalam kalimat hadits itu--pen) mempunyai dua pengertian di sisi ahli hadits dan ushul. Pengertian pertama ialah ’mereka’ adalah ’umat pada zaman Nabi saw. di mana mereka melakukannya dengan diketahui dan di persetujui oleh Nabi saw.’. Pengertian kedua mengenai ’mereka’ berarti ’para sahabat saja tanpa dilanjutkan kepada Nabi saw.’. (yakni hanya di lakukan oleh para sahabat saja)”.
Imam as-Sayuthi juga telah membahas masalah ini dengan panjang lebar dalam kitabnya ’al-Hawi lil Fatawi’ jilid 2 dalam bab ’Thulu’ ats-Tsarayaa bi idhzhaari maa kaana khafayaa’, di mana antara lain yang dikemukakan pada halaman 194 ialah: ”Sesungguhnya sunnat memberi makan tujuh hari, telah sampai kepadaku (yakni Imam as-Sayuthi) bahwasanya amalan ini selalu diamalkan sehingga sekarang (yakni zaman Imam as-Sayuthi) di Makkah dan Madinah. Maka dzahirnya amalan ini tidak pernah ditinggalkan sejak masa para sahabat sehingga sekarang, dan generasi yang datang kemudian telah mengambilnya dari generasi terdahulu sehingga ke generasi awal Islam lagi (ash-shadrul awwal). Dan aku telah melihat kitab-kitab sejarah sewaktu mem- bicarakan biografi para imam, banyak menyebut: ’dan telah berhenti/berdiri manusia atas kuburnya selama tujuh hari di mana mereka membacakan al-Quran’ ”.
Telah dikemukakan juga oleh al-Hafidz al-Kabir Abul Qasim Ibnu ‘Asaakir dalam kitabnya yang berjudul ’Tabyiin Kadzibil Muftari fi ma nusiba ilal Imam Abil Hasan al-’Asy’ariy ’ bahwa dia telah mendengar asy-Syaikh al-Faqih Abul Fath NashrUllah bin Muhammad bin ‘Abdul Qawi al-Mashishi berkata: ”Telah wafat asy-Syaikh Nashr bin Ibrahim al-Maqdisi pada hari Selasa 9 Muharram tahun 490 H di Damsyik. Kami telah berdiri/berhenti/berada dikuburnya selama tujuh malam, membaca al-Qur’an pada setiap malam duapuluh kali khatam”.
Ibnu Taimiyyah pernah ditanyai mengenai (hadits): “Bertahlil 70,000 kali dan dihadiahkan (pahalanya) kepada orang mati, agar menjadi kebebasan bagi si mayit dari api neraka, adakah hadits tersebut shohih atau tidak? Dan apabila bertahlil seseorang dan dihadiahkan (pahalanya) kepada orang mati apakah pahalanya sampai kepada si mati atau tidak” ? Maka dijawab (oleh Ibnu Taimiyyah): ‘Apabila seseorang bertahlil dengan yang demikian 70,000 atau kurang atau lebih dan dihadiahkan (pahalanya) kepada si mati, Allah menjadikannya bermanfaat baginya dengan yang sedemikian itu. Dan hadits tersebut tidaklah shohih dan tidak juga dhoif. Allahlah yang Maha Mengetahui (majmu’ al-fatawa jilid 24 hal.324).
Dengan demikian amalan pembacaan alqur’an dan shodaqah pemberian makanan yang dihadiahkan kepada si mayit itu telah dikenal sejak zamannya para salaf sholeh. Bahkan Imam arRafi`i menyatakan bahwa amalan inimasyhur di kalangan para sahabat tanpa diingkari. Amalan memberi makan atau sedekah kematian selama tujuh hari mempunyai nash yang kokoh dan merupakan amalan yang di anjurkan oleh generasi pertama Islam. Begitu juga pembacaan alqur’an sudah pasti mendapat pahala bagi siapa yang membaca- nya dan banyak para ulama pakar yang menyatakan sampai pahalanya kepada si mayit bila si pembaca meniatkan pahala bacaannya itu dihadiahkan kepada si mayit itu.
Bentuk atau cara pengamalan itu terserah kepada keluarga si mayyit, hanya yang perlu diperhatikan disini adalah amalan memberi makanan atau itu sebagai amalan suka rela dan niat sebagai amalan shodaqah untuk si mayit. Dengan demikian amalan tersebut mustahab/baik dan akan sampai pahalanya kepada si mayit. Tetapi bila keluarga si mayit mengamalkannya dengan terpaksa atau dengan alasan hanya menurut adat istiadat setempat maka amalan ini menurut sebagian ulama menjadi makruh hukumnya.
Lebih jauh lagi, golongan pengingkar majlis tahlilan ada yang mengatakan bahwa membaca Tahlilan/Yasinan dirumah si mayyit yang baru wafat, diadopsi oleh para Da'i terdahulu dari upacara kepercayaan Animisme, agama Budha dan Hindu. Menurut kepercayaan Animesme ruh-ruh keluarga yang wafat akan datang kerumahnya masing-masing setelah pada hari 1-3-7 dan seterusnya, dan ruh-ruh ini mengharap sajian-sajian dari keluarganya, bila tidak mereka akan marah dan lain-lain. Setelah mereka masuk Islam, akidah yang sama tersebut masih dijalankan golongan ini (repot untuk dihilangkannya). Maka para Da’i penyebar pertama Islam di Indonesia termasuk wali songo merubah keyakinan mereka dan memasukkan ajaran-ajaran dzikir untuk orang yang telah wafat itu. Jadi para Da’i/ahli dakwah ini tidak merubah adat mereka ini tapi memberi wejangan agar mereka berkumpul tersebut membaca dzikir pada Allah swt. dan berdo’a untuk si mayat, sedangkan sajian-sajian tersebut tidak ditujukan pada ruh mayat tapi diberikan para hadirin sebagai sedekah/penghormatan untuk tamu !
Penafsiran golongan ini bahwa majlis tahlilan sebagai adopsi dari Hindu yang tidak beragama Islam dan mempunyai banyak Tuhan dan sebagainya ini ialah pemikiran yang tidak benar serta dangkal sekali ! Penulis sejarah seperti ini adalah penulis yang hanya mengarang-ngarang saja dan anti majlis dzikir. Pengarang ini tanpa memperhatikan tulisan atau ucapannya sehingga dia telah menyamakan kaum muslimintermasuk ulama pakar maupun orang awam yang ikut bercengkerama pada majlis tahlilan ini dengan orang-orang kafir Hindu yang tidak bertauhid. Hati hatilah !!
Sejarah mencatat juga bahwa penyebar Islam yang pertama kali ke Indonesia dari Gujarat, Cina, Persia dan Iraq dimulai pada permulaan abad ke-12 M (jadi sebelum wali songo). Di negara penyebar-penyebar Islam (para Da’i) yang pertama kali di Indonesia ini sudah sering diadakan majlis dzikir dan peringatan-peringatan keagamaan diantaranya peringatan hari lahir dan wafatnya Nabi saw. (silahkan baca bab maulidin Nabi saw. dalam buku ini), peringatan kelahiran dan kewafatan Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib kwa, peringatan kelahiran dan kewafatan Sayyidah Fatimah Az-Zahra putri Muhammad saw. dan lain sebagainya, walaupun cara mereka mengadakan peringatan-peringatan tersebut tidak persis atau sama dengan kita di Indonesia, tapi inti dan maknanya samamemperingati, menghadiah- kan pahala bacaan dan mendo’akan orangorang yang telah wafat.
Semuanya ini (majlis dzikir, hadiah pahala amalan dan lain sebagainya) telah diterangkan dalam hadits Rasulallah saw. dan wejangan para ulama pakar dari semua madzhab Imam Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Imam Ahmad beberapa ratus tahun sebelum para Da’i datang ke Indonesia, antara lain yang telah kami kemukakan tadi dan kami akan kemukakan berikut nanti. (baca keterangan halaman selanjutnya mengenai hadiah pahala dan lain sebagainya)
Hal yang sama sering diamalkan juga oleh kaum muslimin dari berbagai madzhab: Madzhab Hanafi, Maliki, Syafii dan sebagainya diseluruh dunia, yang mana pengikut madzhab-madzhab ini sudah ada dimulai pertengahan abad ke 8 M atau sekitar tahun 100 Hijriah yaitu mulai zamannya Imam Ja’far Shodiq ( 80-148 H/ 699-765 M) bin Muhammad Al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Husin bin Ali bin Abi Thalib kw., yang mana Imam Hanafi, Imam Malik ra pernah berguru pada Imam Ja’far ini.
Tidak lain mengumpulkan orang untuk peringatan keagamaan ini dan berkumpulnya orang-orang untuk membaca tahlilan adalah hasil ijtihad yang baik dari para ulama pakar, yang semuanya ini tidak keluar dari garis yang telah ditentukan oleh syari’at. Amalan ini mereka teruskan dan jalankan di negara kita yang mana sampai detik ini diamalkan oleh sebagian besar kaum muslimin di Indonesia.
Malah sekarang bisa kita lihat bukan hanya di negara kita saja, tetapi peringatan-peringatan Maulidin Nabi saw. dan kumpulan majlis dzikir ini sudah menyebar serta dilaksanakan oleh sebagian besar kaum muslimin diseluruh dunia dari berbagai madzhab (Hanafi, Maliki, Syafii, dan lain-lain) diantaranya: Malaysia, Indonesia, Mesir, Irak, Iran, Afrika, Turki, Yemen, Marokko, negara Saudi Arabia, Pakistan dan sebagainya.
Sedangkan cara pengamalan majlis tahlilan ini berbeda-beda tapi inti dan maknanya sama yaitu pembacaan doĆ” dan penghadiahan pahala bacaan ini kepada orang yang telah wafat. Ada yang mengamalkannya sendirian/perorangan saja dan ada yang mengamalkan dengan mengumpulkan orang banyak untuk berdo'a bersama yang ditujukan untuk si mayyit. Bertambah banyak orang yang berdo'a kepada Allah swt. sudah tentu bertambah baik dan lebih besar syafa'at yang diterima untuk si mayyit itu .
Didalam Islam kita dibolehkan serta dianjurkan untuk berdakwah dengan cara apapun selama cara tersebut tidak keluar dari garis-garis syariat akidah Islam. Dengan demikian para Da’i merubah keyakinan orang-orang Hindu yang salah kepada yang benar yang sesuai dengan syari’at Islam. Dakwah mereka ini sangat hebat sekali mudah diterima dan dipraktekan oleh orang-orang yang fanatik dengan agama dan adatnya sehingga yang tadinya di Jawa 85 % beragama Hindu menjadi 85% beragama Islam mereka memeluk agama yang bertauhid satu !
Berdzikir pada Allah swt. itu boleh diamalkan setiap detik, menit, hari, bulan dan lain-lain lebih sering lebih baik. Dakwah yang bisa merubah adat buruk suatu kaum kepada adat yang sejalan dengan syari'at Islam sertaber- nafaskan tauhid adalah dakwah yang sangat baik sekali. Dengan demikian kaum itu akan kembali kejalan yang benar yang diridhoi Allah swt. Jadi para Da'i waktu itu bukannya mengadopsi adat-adat hindu sebagai mana pandangan golongan pengingkar tetapi mengajari pengikut adat Hindu ini kepada jalan yang benar yang dibolehkan oleh syari'at Islam. Dalam hal ini apanya yang salah....?
Umpama saja, kita tolerans dan benarkan sejarah yang ditulis oleh golongan pengingkar ini mengenai majlis tahlilan tersebut, sekali lagi umpamanya diketemukan sejarah yang benar/authentik dari zamannya para Da'i ke Indonesia yaitu meneruskan adat Hindu ini dengan mengarahkan kepada amalan-amalan dzikir/tahlilan yang ditujukan untuk yang hadir dan si mayit apanya yang salah dalam hal ini ? Para Da'i merubah dan mengarahkan adat Hindu yang keliru ini yang mempercayai akan marahnya ruh kerabat-kerabat mereka yang baru wafat bila tidak diberi sajian-sajian kepada si mayyit ini selama 1-3-7 hari kepada adat yang dibolehkan dan sejalan dengan syari'at Islam. Dengan demikian adat-adat hindu yang masih dilakukan oleh orang-orang yang baru memeluk agama Islam/muallaf ini, diteruskan dengan bacaan-bacaan dzikir serta do'ado'a pada Allah swt. yang bisa bermanfaat baik untuk si mayyit khususnya maupun untuk orang yang masih hidup. Sedangkan sajian-sajian yang biasanya oleh kaum Hindu disajikan kepada ruh si mayyit, dirubah oleh para Da'i untuk disajikan kepada para kerabat mereka atau kepada para hadirin yang ada disitu.
Sedangkan waktu pelaksanaan berdzikir dan berdo'a kepada Allah swt. untuk si mayyit selama 1- 3-7 hari atau lebih banyak hari lagi, ini semua boleh diamalkan. Karena didalam syari'at Islam tidak ada larangan setiap waktu untuk berdzikir dan berdo'a kepada Allah swt. yang ditujukan baik untuk orang yang masih hidup maupun yang sudah wafat. Malah sebaliknya banyak riwayatriwayat Ilahi dan hadits Rasulallah saw. yang menganjurkan baik secara langsung maupun tidak langsung untuk berdzikir dan berdo'a setiap saat, lebih banyak waktu yang digunakan untuk berdzikir dan berdo'a itu malah lebih baik!!
Sekali lagi bahwa para Da'i waktu itu bukannya mengadopsi adat-adat hindu sebagaimana pandangan golongan pengingkar tetapi mengajari pengikut adat Hindu ini kepada jalan yang benar yang dibolehkan oleh syari'at Islam. Dua kata-kata mengadopsi dan mengajari itu mempunyai arti yang berbeda!
Jika pikiran golongan pengingkar yang telah dikemukakan dituruti, beranikah mereka ini menuduh puasa sunnah ‘Asyura (10 Muharram) yang dilakukan oleh Nabi Muhammad saw. dan beliau anjurkan kepada para sahabatnya sebagai perbuatan meniru-niru orang Yahudi atau sebagai adopsi dari kaum ini? Karena puasa sunnah ‘Asyura dianjurkan oleh Rasulallah saw. setelah beliau melihat kaum Yahudi di Madinah puasa pada hari 10 Muharram tersebut. Beliau saw. bertanya kepada kaum Yahudi mengapa mereka ini ber puasa pada hari itu ? Mereka menjawab; Pada hari ini Allah swt. menyelamat kan nabi mereka dan menenggelamkan musuh mereka. Kemudian Nabi saw. menjawab: Kami lebih berhak memperingati Musa daripada kalian! (Nahnu aula bi muusaa minkum).
Begitu juga Nabi saw. pernah ditanya mengenai puasa sunnah setiap hari Senin, beliau saw. menjawab; ‘Pada hari itu aku dilahirkan dan pada hari itu juga (Allah swt.) menurunkan wahyu kepadaku’. Mengapa golongan pengingkar ini tidak menuduh puasa sunnah hari Senin yang dilakukan Nabi saw. untuk memperingati hari kelahiran beliau dan menghormati turunnya wahyu yang pertama, sebagai perbuatan meniru-niru golongan Kristen yang memperingati hari kelahiran Yesus ?
Wahai golongan pengingkar, janganlah kalian selalu mencari-cari alasan untuk melarang orang tahlilan dengan memasukkan macam-macam riwayat atau sejarah yang mana semuanya ini tidak ada sangkut pautnya dengan larangan agama untuk membaca tahlilan/yasinan dan hanya menambah dosa kalian saja !! Jadi selama ini yang mengatakan menurut ceritera bahwa tahlilan, yasinan adalah warisan atau adopsi dari kepercayaan Animesme, Hindu atau Budha adalah tidak benar! Ini hanya sekedar Dongengan Belaka yang diada-adakan oleh mereka yang anti majlis dzikir.
Mereka juga mengatakan seperti biasanya amalan-amalan tersebut adalah Bid’ah, Syirk dan sebagainya karena tidak pernah dilakukan atau di anjurkan oleh Rasulallah saw., para sahabat atau tabi'in, dan bertentangan dengan Al-Qur'an dan Sunnah sambil mengambil dalil hanya dari beberapa bagian al-Qur’andan Sunnah yang sepaham dengan pikiran mereka dan meninggalkan serta melupakan dari surat-surat Al-Qur’an dan Sunnah yang lainnya. Mereka lebih mengartikan Bid’ah secara tekstual (bahasa) daripada secara Syari’at. (Baca keterangan mengenai Bid'ah).
Ingatlah saudara-saudaraku, mereka ini berkumpul untuk berdzikir pada Allah swt. dengan niat dan tujuan untuk mendekatkan diri kepada-Nya yang mana dzikir ini sudah pasti mendapat pahala karena banyak ayat ilahi dan hadits Rasulallah saw. mengenai pahala bacaan-bacaan dzikir (tahmid, sholawat, takbir, tahlil dan lain-lain) yang dibaca dimajlis-majlis tersebut (rujuklah pahala baca Al-Qur’an dan sebagainya dibuku ini). Bila golongan yang tidak senang amalan tersebut serta ingin menyerukan yang baik dan melarang yang munkar/jelek, laranglah dan nasehatilah secara baik pada orang-orang yang melanggar agama yang pelanggaran tersebut sudah di sepakatioleh seluruh ulama madzhab Sunnah tentang haramnya (pelacuran, peminum alkohol dan lain-lain). Janganlah selalu menteror, mensesatkan atau mengharamkan majlis dzikir, tawassul, tabarruk dan sebagainya yang semuanya masih mempunyai dalil.
Dan janganlah mudah mengafirkan golongan muslimin yang berdosa tersebut selama mereka masihmentauhidkan Allah swt. dan mengakui kesalahan-kesalahan yang diperbuatnya. Camkanlah hadits Rasulallah saw. yang mengecam orang yang menuduh muslimin sebagai kafir, fasiq, munafik karena hanya amal perbuatan mereka tersebut !
Bila golongan pengingkar ini tidak mau mengamalkan tawassul, tabarruk, ziarah kubur, kumpulan majlis dzikir dan sebagainya, disebabkan mengikuti wejangan ulama-ulama mereka yang melarang hal tersebut, silahkan dan itu adalah urusan mereka sendiri dan tidak ada kaum muslimin lainnya yang mencela, mensesatkan mereka ataumerasa rugi dalam hal ini, karena semuanya itu amalan sunnah bukan wajib. Tapi janganlah, karena keegoisan dan kefanatikannya pada wejangan ulamanya sendiri, menyuruh dan mewajibkan muslimin seluruh dunia untuk tidak melaksanakan tawassul, tabarruk, kumpulan dzikir bersama dan sebagainya, sampai-sampai berani mengkafirkan, menghalalkan darahnya, mensesatkan dan memunkarkan mereka karena mengamalkan hal-hal tersebut.
Orang-orang yang mengamal kan kebaikan ini sebagai amalan tambahannya serta tidak ada diantara mereka yang mensyariatkan atau mewajibkan amalanamalan tersebut. Pikiran mereka seperti itu juga akan dibodohkan oleh muslimin, karena banyak wejangan ulamaulama pakar yang berkaitan dengan amalan-amalan diatas serta mereka ini ikut bercengkerama didalam majlis-majlis tersebut! Bagi non-muslim akan lebih mempunyai bukti atas kelemahan muslimin dan mereka akan berpikiran bahwa agama Islam adalah agama yang suka mencela, tidak toleransi, dengan sesama agamanya saja mereka mensesatkan atau menghalalkan darahnya apalagi dengan kita yang non-muslim !
Perselisihan/perbedaan dalam hal tersebut seharusnya diselesaikan secara baik oleh sesama ulama-ulama Islam, sehingga bisa mewujudkan persatuan dan kesatuan ummat Islam.
Sebagaimana telah dikemukakan bahwa perbedaan pendapat setiap manusia atau golongan itu selalu ada, tetapi bukan untuk diperuncing atau di pertajam. Setiap golongan muslimin berdalil pada Kitabullah dan Sunnah Rasulallah saw., tetapi berbeda cara penafsiran dan penguraiannya. Alang- kah baiknya kalau sesama muslim satu sama lain tidak mengkafirkan, men- sesatkan pada orang yang senang mengamalkan amalan-amalan sunnah yang baik itu ! Begitupun juga kita harus saling toleransi baik antara muslimin sesamanya maupun antara muslimin dan non-muslimin (yang tidak memerangi kita). Dengan demikian keharmonisan hidup akan terlaksana dengan baik.
Telah dikemukakan juga bahwa kita dibolehkan mengeritik, mensalahkan akidah atau keyakinan suatu golongan muslimin yang sudah jelas dan tegas dilarang oleh agama umpamanya; menyembah berhala, mengatakan bahwa Nabi Muhammad sebagai anak Allah swt., menyerupakan/tasybih Allah swt. dengan makhluk-Nya, tidak mempercayai adanya Malaikat, menghalalkan makan babi, main judi, membolehkan orang meninggalkan sholat wajib dengan sengaja dan sebagainya, ini semua sudah jelas bertentangan dengan ajaran syariat Islam. Semoga kita semua diberi Taufiq oleh Allah swt. Amin
Sumber Tulisan :
A.Shihabuddin. Inilah Ahli Sunnah Wal Jama’ah, Yogyakarta : Annalafiyah Press, 2010, Hlm 191 - 199

Kisah Syahidnya Radin Muhammad Ali, Penghulu Pituan Pitulung (Pitung), Santri Terbaik Pondok Pesantren Naji Naifin Tenabang

Satu hari menjelang dilayaninya tantangan pertarungan dengan para jawara dan centeng centeng bayaran Belanda Kapir dan Tuan Tanah China di daerah yang banyak rumpun bambu sekitarTenabang, Raden Muhammad Ali sudah dilarang para sesepuh dan alim ulama untuk tidak datang melayani tantangan tersebut, karena menurut mereka itu adalah jebakan, namun Raden Muhammad Ali tetap bersikeras karena menurutnya penghinaan kepada keluarga besar Pituan Pitulung sudah menginjak harkat dan martabat keluarga besar Jayakarta. Sebagai Penghulu Pitung, muhammad ali akan memberikan pelajaran yang keras seperti yang pernah dia lakukan bersama 6 anggota pitung lainnya kepada para marsose dan penghianat negeri jayakarta. Mereka yang selama ini sering menjual nama Pitung untuk merampok dan kriminal harus diberi pelajaran yang keras.
Keesokan harinya Raden Muhammad Ali berangkat dengan diiringi doa dan ratap tangis sanak famili keluarga besar Dzuriyyah Aria Jipang di Pulorogo.
Sesampainya ditempat yang dimaksud, para centeng bayaran dan marsose belanda terkejut mengetahui Raden Muhammad ali datang sendirian, sontak desing peluru menerjang tubuh muhammad ali, muhammad ali rubuh ditembak puluhan peluru, para centeng bayaran segera menyerbu membabi buta, muhammad ali sekalipun sudah roboh tapi dengan sisa sisa tenaga masih melakukan perlawanan namun akhirnya beliaupun rubuh habis, karena kehabisan darah, namun dibibirnya terus melantunkan zikir....
Menjelang sekaratul mautnya para musuh semakin bertindak kejam dan brutal, tubuh yang tidak berdaya itu dibantai secara sadis, tubuh muhammad ali dimutilasi, kepala, badan dan kaki dipisah untuk melakukan teror kepada keluarga pitung dan rakyat jayakarta yang mau coba coba melawan penjajah dan para tuan china budak belanda.
Inna Lillahi Wa Inna Ilaihi Rojiun
Keluarga Besar Dzurriyah Aria Jipang berduka cita, para ulama dan kepala adat berusaha menenangkan perasaan masyarakat Jipang Pulorogo...
Jasad dari Muhammad ali yang tidak sempurna kemudian dikuburkan dan disemayamkan ditempat yang dirahasiakan....zikir dan tahlil dikumandangkan, warga tutup mulut dan bersembunyi, sebagian memilih hijrah ke pinggiran kota seperti di daerah jagakarsa, ada yang hijrah ke kayu putih tanah tinggi, ada yang ke jatinegara kaum, sebagian masih bertahan di jipang dengan segala penderitaannya....
Perjuangan Pitung tidak berhenti....mati satu tumbuh seribu...semangat jihad tidak akan pernah padam selama islam masih berjaya di negeri jayakarta...
Sumber : Kitab Al Fatawi...
Ket : Jipang Pulorogo kini berada di daerah Slipi, Rawa Belong, Kemandoran, senayan dst..

ARIA JIPANG, LELUHUR KELUARGA BESAR PITUAN PITULUNG/PITUNG DAN LELUHUR BEBERAPA MUJAHIDIN DAN PEJUANG JAYAKARTA /JAKARTA

Jayakarta atau kini bernama Jakarta dalam sejarahnya ternyata bila diteliti lebih dalam banyak terdapat tokoh tokoh besar Islam. Sayangnya keberadaan mereka banyak yang dihapus oleh pena pena jahil kaum penjajah dan antek anteknya. Sejarah Jayakarta seolah hanya secuil bila dibandingkan catatan sejarah yang ada. Sampai saat ini masih banyak fihak yang 100 % mempercayai tulisan tulisan penjajah ini, padahal mereka datang ke negeri ini bukan untuk mencatat sejarah tapi merampok dan menjajah ! Perlu diketahui bahwa pasca jatuhnya pusat pemerintahan Jayakarta disekitar pelabuhan sunda kelapa yang sekarang, tepatnya tahun 1619 masehi, perlawanan dan jihad para mujahidin jayakarta itu tidak pernah berhenti dan hal ini dicatat secara kronologis oleh para pemelihara sejarah asli JAYAKARTA. Bahkan begitu antinya para mujahidin jayakarta sampai nama Batavia sendiri haram untuk disebut sebut dan digunakan. JAYAKARTA sendiri diambil dari Al Quran Surat Al Fath yaitu FATHAN MUBINA.....sehingga sangat wajar mereka lebih cinta nama ini ketimbang nama Batavia.
Para Pejuang Jayakarta sendiri terdiri dari banyak rumpun keturunan, salah satunya adalah dari rumpun keluarga besar Kesultanan Islam Demak dengan tokohnya yang bernama Aria Jipang..
Lantas bila demikian siapakah tokoh Aria Jipang ini....?
Aria Jipang adalah cucu Raden Fattah pendiri kesultanan Islam pertama di pulau Jawa. Nama lain yang cukup dikenal oleh beberapa keturunannya serta masyarakat Jawa adalah ARIA PENANGSANG atau ADIPATI JIPANG PANOLAN atau RATU SHOHIBUL MA'RIFAH atau SAYYID HUSEIN atau SARIMAN RADEN KUNING.
Beliau adalah Santri terbaik Sunan Kudus sekaligus menantu. Aria Jipang juga menantu kesayangan Fattahillah pendiri negeri Jayakarta. Dia juga merupakan cucu menantu Prabu Surawisesa Raja Pajajaran (istrinya bernama Ratu Ayu Jati Balabar binti Adipati Singa Menggala bin Prabu Surawisesa), beberapa istri lainnya juga ada yang merupakan keturunan Walisongo...sepertinya para wali melihat sesuatu yang lain hingga beberapa dari keturunan mereka banyak yang dinikahkan dengan putra Raden Bagus Sayyid Ali/Pangeran Sekar Seda Lepen/Raden Bagus Surowiyoto/Raden Kikin bin RADEN FATTAH SAYYID HASAN ini.
Aria Jipang dimata sejarawan Jawa adalah satu sosok yang digambarkan selalu berkaitan dengan hal hal yang penuh kontroversial. Kisahnya menurut cerita rakyat Jawa penuh dengan intrik dan berdarah darah, dia juga dijadikan musuh bersama pada waktu itu...kisahnya penuh dengan keburukan dan kebengisan...sampai saat sekarang cerita yang sarat dengan fitnah ini masih banyak dipercaya. Hingga saat ini masih banyak fihak yang percaya kalau dia tewas secara mengenaskan diwilayahnya sendiri. Cerita semakin aneh ketika dia digambarkan bertempur dengan gagah berani dengan kondisi usus terburai dikarenakan terkena kerisnya sendiri (kelak kejadian ini diabadikan dalam pakaian adat pengantin jawa berupa bunga melati yang digulungkan ke keris sang pengantin pria) seolah peristiwa itu pernah terjadi padahal semua itu adalah fitnah dan fiktif. Cerita yang juga tidak masuk akal digambarkan sehabis dia melakukan uzlah dan puasa selama 40 hari untuk memperdalam thoriqohnya justru dia diceritakan malah menjadi ganas dan tidak bisa mengontrol kebringasannya......aneh.....belum lagi katanya dia akan kena kutukan bila bertempur di kali bengawan solo padahal wilayah kali bengawan solo adalah tempat dia lahir dan besar sehingga dia sangat faham betul bagaimana seluk beluk daerah ini. Lebih konyol lagi dia katanya bertarung seorang diri karena merasa sakti, padahal dia orang yang penuh perhitungan dan dikenal sebagai ahli strategi perang dan ini nanti terbukti dimana Jayakarta menjadi aman dan salah satu wilayah bentukannya di daerah komering yang bernama Desa Gunung Batu bahkan tidak pernah bisa ditembus oleh musuh manapun. Bahkan dia pernah memukul mundur secara telak pasukan musuh yang mau menguasai desa yang didirikannya itu dan ketahuilah daerah tersebut sama persis letak geografisnya dengan Jipang Panolan ! Daerah yang merupakan asal usulnya.
Berbagai bumbu bumbu cerita aneh diatas ini betul betul telah menghancurkan nama baik beliau hingga masyarakat menganggap dia sebagai sampah yang harus dibuang. Padahal terhadap binatang saja kasih sayangnya luar biasa. Terhadap rakyat kecil saja kepeduliannya saja sangat tinggi. Sikap hidup zuhudnya mencerminkan itu semua. Tapi itulah kisah tragis yang terjadi di negeri asalnya.....
Tapi tidak untuk di Jayakarta Dan Palembang...
Kisah miringnya di Jawa terbantahkan di Palembang dan Jayakarta....di kedua negeri itu justru beliau berdakwah dan berjuang menegakkan nilai nilai islamiah. Kontras dengan berita di jawa, Aria Jipang justru dikenal didua daerah tersebut sebagai penganut thoriqoh yang kuat, peduli rakyat, punya sikap ksatria dan hidup sederhana.
Sebagai orang besar memang fitnah terhadap dirinya selalu muncul bertubi tubi, mulai dari tuduhan pembunuhan, tuduhan berangasan, diktator kejam, sampai ingin melancarkan kudeta. Namun tuduhan tersebut tidak ditanggapinya, beliau lebih memilih berbuat yang terbaik untuk umat dan rakyat, beliau lebih memilih turun kerakyat dan berdakwah. Sosok yang hafal qur'an dan mursyid thoriqoh dan zuhud ini lebih memilih diam dalam menanggapi fitnah yang ada, hal yang membuat pengikutnya tidak habis fikir mengingat kedudukannya yang berkuasa saat itu...namun aria jipang tetaplah aria jipang, dia lebih memilih kata hatinya, dia lebih patuh kepada guru dan para wali. Inilah yang nanti akan semakin membuat pengikutnya setia dan cinta sehingga mereka rela mengikutinya kemana dia mengembara...Aria Jipang memang manusia biasa dan dia juga banyak kelemahan. Salah satu kelemahannya dia tidak pernah mau menghadapi fitnah dengan tegas, dia kebanyakan memilih mengalah. Sehingga ketika fitnah bermunculan tidak ada yang bisa mengklarifikasi karena Aria Jipang sendiri bungkam....tetapi itulah watak dari Putra kesayangan dari Ratu Ayu Retno Panggung binti Sunan/Adipati Panggung.
Sebagai pewaris tertua kesultanan demak posisinya memang sangat rawan namun beliau juga legowo bila tidak terpilih karena baginya kesultanan demak bukanlah kerajaan. Para sultan demak yang telah dipilih adalah atas pilihan Majelis Agung Kesultanan (Walisongo). Sehingga untuk menghindari fitnah yang berkaitan dengan kepemimpinan, beliau lebih mengikuti titah sunan kudus dan Fattahilah untuk terus melakukan pengembaraan sufi dan berdakwah di berbagai negeri termasuk Jayakarta.
Di Jayakarta bersama dengan mertuanya, serta maulana hasanuddin mereka bahu membahu membangun kota islam ini dengan semangat kebersamaan.
Kedatangan Aria Jipang di akhir tahun tahun 1530an adalah atas perintah Majelis Wali Agung Kesultanan Demak. Para wali melihat bahwa sosok Aria Jipang sangat berkompeten mengelola Jayakarta yang tahun 1527 M berhasil dikuasai secara damai dari tangan penguasa sunda kelapa untuk kemudian di tahun yang sama berhasil pula dipertahankan dari usaha pencaplokan portugis atau paringgi. Atas usul Majelis Wali Agung Kesultanan Demak, Sultan Trenggono mengirim keponakannya ini ke negeri Jayakarta sebagai wakil Kesultanan. Pada waktu itu Aria Jipang memang dikenal sebagai Kesatria tangguh, ahli bela diri dan ahli strategi. Salah satu prestasi gemilangnya ketika dia bersama pasukan khususnyya menahlukan beberappa daerah di Timur Jawa dengan kuda andalannya yang bernama Gagak Rimang.
Puncaknya pada era 1540an setelah kedatangan Aria Jipang negeri Jayakarta mencapai kejayaan di segala bidang. Jayakarta menjadi negeri yang disegani berbagai bangsa...pelabuhan sunda kelapa menjadi harum dimana mana.
Setelah berhasil membuat Jayakarta berjaya, beliiau kembali ke kesultanan, namun tidak lama kedatangannya sultan trenggono gugur syahid di tahun 1546. Kondisi kesultanan demak tidak kondusif, hingga akhirnya beliau memutuskan kembali ke Jipang Panolan (kini menjadi desa di wilayah cepu). Namun karena kondisi politik semakin tidak menentu akhirnya beliau hijrah ke Komering Palembang bersama anak anak sunan kudus beserta istri dan anak anaknya serta para pengikutnya yang setia. Kepergian beliau dilakukan dengan cukup matang tapi diam diam, hal ini untuk keselamatan keluarga besarnya dari ancaman musuh musuh yang tidak senang dengan Kesultanan Demak dan salah satu target yang harus dibunuh adalah Aria Jipang mengingat dialah yang paling berani melawan kezaliman dan tantangan musuh Kesultanan Demak. DEMAK dibenci karena dianggap telah meruntuhkan Majapahit dan juga membuat kepercayaan sebelumnya tersingkir. Sejak Hijrah itulah semua rahasia hidupnya disimpan rapat rapat, semua keluarga demak juga tutup mulut. Hijrahnya Aria Jipang sempat disambut oleh Bangsawan Kedatuan Skala Brak Lampung. Di Skala Brak beliau dihormati karena nama besar Raden Fattah. Dari Skala Brak ini beliau memasuki wilayah komering sumatra selatan yang saat itu merupakan hutan lebat dengan sungai sungai yang ganas arusnya. DI KOMERING inilah namanya berganti menjadi Ratu Shohibul Ma'rifah, nama Aria Jipang tinggal menjadi kenangan saat beliau menginjakkan kakinya di Sumatra Selatan. Beliau wafat pada tahun 1611 dalam usia 99 tahun di Indralaya ogan ilir sumsel dan disini beliau kembali berganti nama menjadi Sariman Raden Kuning. Estafet perjuanganya dilanjutkan beberapa anak dan keturunanya yang ada di Jayakarta dan Komering Palembang. Di Palembang bahkan salah satu produk undang undang atau peraturan kepemerintahan milik beliau dipakai pemerintah Belanda dengan nama "PIAGAM ING JIPANG". PIAGAM JIPANG mengambil sumber dari kitab JUGHUL MUDA Milik Kesultanan Demak, sedangkan Jughul Muda mengadopsi dari Al Quran, Hadist, Ijtihad dan Qiyas. Semua itu atas jasa Raden Fattah dan Wajelis Agung Kesultanan Demak yang lebih dikenal dengan nama WALISONGO.
Kelak dari keturunan Aria Jipang akan muncul nama nama mujahidin dan pemimpin perang jihad di jayakarta seperti : Raden Kertadria (syahid pada peristiwa pecah kulit dengan cara diputus tubuhnya dengan diikatkan kepada 4 kuda di 4 penjuru), pangeran wirantayuda (panglima perang pasukan untung surapati), Raden Aria Wiratanudatar (adipati cianjur yang dahulunya pemimpin perang jihad di jayakarta kemudian hijrah ke cianjur, keturunannya banyak yang jadi ulama besar ), pangeran papak garut wanaraja (hijrah ke garut karena dikejar kejar penjajah), raden cakrajaya (panglima perang jayakarta, leluhur syekh junaid al batawi dan guru mansur ahli falak), Raden Muhammad Ali dan Raden Rojiih (Dua anggota karismatik dari organisasi Pituan Pitulung/Pitung), Sekamaji Marijan Kartosuwiryo (tokoh islam militan), syekh abdul ghoni yang merupakan waliyullah betawi, satu masa dengan sayyid usman bin yahya, mbah nurkarim waliyullah dari cimahi, waliyullah mbah jangkung cimahi, KH Ahmad Syar'i tokoh dibalik pemberontakan ki dalang tahun 1924 ditangerang, KH Wasit pemimpin pemberontakan cilegon tahun 1888 dan masih banyak lagi yang lainnya....mereka juga banyak yang mendalami thoriqoh bahkan banyak yang menjadi mursyid. thoriqoh yang dianut seperti qodiriyah, sadziliyah, nur muhammadiyah dan beberapa lagi yang lainnya.
Keturunan Aria Jipang atau Aria Penangsang banyak yang gugur dan syahid ditangan penjajah dan antek anteknya, mereka juga banyak yang diburu hidup atau mati oleh penjajah, sehingga untuk meneruskan perjuangan jihadnya, keluarga besar Keturunan Aria jipang lebih memilih hijrah ke berbagai daerah seperti di daerah dipinggir jayakarta yang diantaranya : bekasi, Ragunan, jagakarsa, kebagusan, jatinegara kaum, kayu putih tanah tinggi (masuk daerah pulogadung jakarta timur), Rawa Belong, senayan, kemandoran, tanah abang, slipi, cengkareng, dll. Mereka ada juga yang hijrah ke garut, cianjur, bogor, cilegon, dipati ukur (bandung), palembang, indramayu, komering, lampung, malaka, aceh, sumatra barat, jombang, gresik, jogyĆ , solo dan wilayah wilayah lainnya. Selama hidupnya beliau mempunyai 38 orang anak (36 putra dan 2 putri) dari hasil pernikahan sebanyak 10 kali dengan waktu yang berbeda. Banyak dari keturunannya ebih memilih menjadi anggota masyarakat biasa sambil terus menggelorakan semangat jihad fisabilillah.......mereka menutupi jati diri keturunanya agar tidak mudah terlacak para penghianat perjuangan....
Sepertinya perjuangan mereka tidak akan pernah berhenti dimanapun berada...sekalipun badai fitnah dan pengkhianatan silih berganti berdatangan....Jihad Islam tidak akan pernah padam di diri mereka.
Sumber :
Kitab Al Fatawi oleh KH Ahmad Syar' i Mertakusuma, tahun 1910
Kitab Wangsa Aria Jipang di Jayakarta oleh Gunawan Mertakusuma, tahun 1986
Riwayat Lisan dari Al Haj Husein Djawa bin Sulaiman bin Said (pewaris anak tertua cucu tertua Aria Jipang yang ke 13 di komering) yang didapat dari kakeknya pada tahun 1950an dan sudah dicocokan dengan berbagai sumber penelitian yang alfaqir lakukan sejak tahun 1989 sampai sekarang.
Catatan keluarga besar Ajengan Abuya Ammar dari Cigugur Cimahi yang ditulis tahun 1960an

SYAIR PERLAWANAN RAKYAT JAYAKARTA

Jadilah Tuan ibarat emas,
Meskipun terpendam dilumpur
nilai tuan tidak akan lumas
Jika tuan pantang akan kufur

"Ciliwung batangnye tuju
di laut tuju muare,
Dipandang lanang beratu
diturut lagu perente."

"Kampung Tugu bukan Ciliwung, 
Tempat berunding Anak Pangeran,
Kepelan Guru kalo disambung,
Sejagat bale bukan pantangan".

"Sepanjang Kali Ciliwung,
Kagak mangpeb ayer ke ilir,
Sepanjang idupnya murung, 
Asal jangan jadi kapir".

"Ciliwung mungpung mungpung,
Tapi kite bukan patung,
Jangan kite pade bingung,
Di akhir cucunye mulung".

"Sepanjang Kali Ciliwung, 
Pade numbu garba hayat,
Sepanjang rinduin untung,
Jangan lupe amal ibadah."

"Katakanlah, kebenaran telah datang dan yang batil itu tidak akan mulai lagi dan tidak pula akan kembali (Al Qur'an Surat As Saba ayat 49)
KH Syah Ahmad Syar'i 1365 H

Mas Gunawan Mangunkusumo (Guru Politik KH Ahmad Syar'i Mertakusuma Penulis Kitab Al Fatawi)

Ia satu angkatan dengan Sutomo pendiri Boedi Oetomo. Ia juga merupakan salah satu 9 tokoh pendiri Organisasi Boedi Oetomo. Adik Kandung Cipto Mangunkusumo ini dikenal keras dan tegas, posisinya adalah sekretaris 2 di Boedi Oetomo namun dalam prakteknya lebih daripada itu. Tulisan tulisannya tajam dan kritis dan tersebat di berbagai surat kaba tentang di Batavia. Sehingga menempatkan dirinya eebagai propaganda terdepan Boedi Oetomo. Sempat menjadi asisten pengajar di almamaternya STOVIA kemudian melanjutkan studi kedokteran di Belanda dan mendapatkan diploma dolter tahun 1920.
Pemuda inilah yang paling keras reaksinya ketika para dosen menuduh Sutomo hendak melaeab pemerintah hindia Belanda dengan mendirikan Boedi Oetomo. Ancaman memberhentikan Soetomo sebagai siswa STOVIA ditanggapi gunawan dengan mengajak teman temannua k3luat pula dari STOVIA sebagai wujud Solidaritas.
kedekatannya dengan Soetomo semakin tak tergoyahkan ketika Gunawan Menikahi seorang saudara perempuannya. Pada tanggal 27 Mei 1929 Gunawan meninggal. Kakaknya cipto mangunkusumo berkata , " Soetomo telah kehilangan dalangnya".
Bagi KH Ahmad Syar"i mas Gunawan ini bukanlah sekedar guru melainlkan juga sahabat dekat. Gunawan inilah yang banyak memberikan spirit dan motivasi agar Babe Syar"i terus berjuang. Untuk mengenang gurunya ini salah satu cucunya Banr Syar"i diberi nama Gunawan.
Sumber .;
Sebagian dikutif dari Museum Kebangkitan Nasional

AL ALLAMAH KH RATU BAGUS AHMAD SYAR' I MERTAKUSUMA AL HAFIZ (Pejuang Sejati Jayakarta)

NAMA LAQOBNYA :
1. Syah Ahmad Syar'i : Nama kecilnya
2. Kong Syari (nama yang dikenal dalam dunia persilatan di Jayakarta dan salah satu pemegang sanad persilatan )
3. Babe Betawi : Julukan masyarakat di Palembang sejak tahun 1924 sampai wafatnya tahun 1959
4. Ratu Bagus : Gelar Keturunan Dari Keluarga Dzurriyah Kesultanan Demak yang ada di Jakarta dan dipakai sejak tahun 1540 M hingga sekarang
5.Mufti Keadatan Jayakarta : Gelar adat yang diakui di beberapa kesultanan Nusantara.
6. Gusti Khalifah Bendahara Ke VII : Pemimpin adat ke VII yang berlandaskan ajaran Rasulullah SAW dan Khulafaurrasyidin 
7. Pitung (anggota Pitung terakhir yang rnenggantikan Dji'ih dan menjadi Pemimpin komando perlawanan Pituan Pitulung selanjutnya setelah gugurnya Ratu Bagus Muhammad Ali Nitikusuma alias salihun tahun 1903 Masehi).
8. Musonif Jayakarta : Pemegang estafet penulisan sejarah Jayakarta sejak masa Sunda Kelapa sampai tahun 1945.
9. Mertakusuma : Gelar Fam Keluarga besarnya.

LAHIR : Tahun 1880 di Kampung Bambu Larangan Cengkareng Jakarta Barat
WAFAT : Tahun 1959 di Puncak Sekuning Palembang Sumatra Selatan
LELUHURNYA : Aria Jipang Jayakarta alias Adipati Jipang Panolan alias Adipati Jelambar Jayakarta alias Mangkubumi Jayakarta di Marunda alias Aria Penangsang alias Ratu Shohibul Ma'rifah alias Sariman Raden Kuning alias Sayyid Husein bin Raden Bagus Surowiyoto alias Raden Kikin alias Pangeran Sekar Kusuma alias Pangeran Sekar Sedo Ing Lepen alias Raden Bagus Sayyid Ali bin Raden Fattah alias Sulthon Abdul Fattah alias Sulthon Ulama alias Sultan Demak Bintoro I alias Tajul Arifin alias Sultan Demak Sayyidin Panatagama alias Raden Bagus Sayyid Hasan
GURU GURUNYA :
Guru Silat :
1. Kong Indra dari Bendungan Jago Kemayoran Jakarta Pusat (daerah yang terkenal banyak pendekar silatnya)
2. Babe Mail / Raden Ismail Somawijaya, Pendekar dari Teluk Naga Tangerang 
3. KH Solihin dari Gang Abu Pecenongan Jakarta Pusat
4. KH Naipin Kebun Pala Tenabang Jakarta Pusat, ahli silat yang terkenal seantero Tenabang, paman dari Ratu Bagus Muhammad Ali Nitikusuma
6. Ratu Bagus Abdul Wahab/Kong Wahab dari Kampung Bambu Larangan Jakarta Barat, Kampung Bambu Larangan adalah salah satu Markas Besar Mujahidin dan Pendekar Jayakarta pada pertengahan abad ke 19

Guru Agama :
1. Syekh Abdul Ghoni Waliyullah dari Kayu Putih Tanah Tinggi Jakarta Timur (kini berada di Masjid Al Ghoni Di Kayu Putih)
2. Sayyid Muhammad Idris Al Haddad saat di Mekkah 
3. KH Muhammad Mansur/Guru Mansur Sawah Lio (Ahli Falak)
4. KH Naipin Kebon Pala Tenabang
5. KH Muslim dari Bekasi 
6. KH Sholihin dari Pecenongan

ALIRAN MAZHAB DAN KEMAMPUAN
1. Ahlussunnah Wal Jamaah 
2. Penganut Tarekat dan Sufi
3. Penulis Kitab Al Fatawi
4. Hafiz Qur'an
5. Handal dalam silat asli Jayakarta
6. Mampu membuat mesin mobil pada masanya
7. Berjualan sepatu untuk menghidupi keluarganya.
8.Ahli dalam penggunaan senjata khas Jayakarta seperti golok seliwa dan ahli dalam penggunaan senjata api.

Guru Politik Dan Sejarah :
1. Haji Oemar Said Cokrominoto
2. Dr. Med. Mas Gunawan Mangunkusumo
3. Semaun di Rawa Mangun 
4. Sutan Martua Haji dari Aceh

REKAN PERJUANGAN :
1. Ratu Bagus Muhammad Ali Nitikusuma alias Salihun kelahiran kemanggisan asal Jipang Pulorogo (wisma Jipang yang kini jadi gedung kompas) , Pitung Ke 1, ahli silat tangguh, alim, cerdas dan militan, keturunan dari para mujahid Jayakarta. Leluhurnya adalah Aria Jipang Jayakarta
2. Ratu Bagus Muhammad Roji'h Nitikusuma, Pitung ke 2 asal Cengkareng (Dji'ih Gugur Kong Syar'i masuk sebagai gantinya), Dji'ih adalaj ahli strategi cerdik andalan Pituan Pitulung. Leluhurnya adalah Aria Jipang Jayakarta.
3. Ratu Bagus Abdul Qodir Nitikusuma, Pitung ke 3 yang berasal dari Rawa Belong Jakarta Barat, keturunan para pendekar dan mujahidin jayakarta. Leluhurnya adalah Aria Jipang Jayakarta.
4. Ki Rais / Ratu Bagus Rais Shonhaji Nitikusuma , Pitung Ke 4, asli anak Tenabang Jakarta Pusat. Leluhurnya adalah Aria Jipang Jayakarta.
5. Ki Saman Asal Cileduk Jakarta Barat, Pitung ke 5, keturunan Pendekar namun pantang jadi centeng.
6. Ki Somad/Abdul Shomad Pitung ke 6, Pendekar tangguh yang pendiam.
7. Ki Dulo/Abdulloh alias Jebul asal Kramat Togo Rawa Belong Jakarta Barat, Pitung ke 7, Pendekar Silat yang menghajar babak belur tanpa ampun Schout Van Hinne.

STATUS PERJUANGAN :
1. Mendapat tongkat estafet perjuangan Pitung sebelum gugurnya Ratu Bagus Muhammad Ali tahun 1903.
2. Mendirikan organisasi PPKB, organisasi Betawi yang bergerak di bidang politik dan perjuangan di tahun 1906 
3. Orang yang paling diburu Schout Van Hinne karena dianggap lebih berbahaya dari Muhammad Ali dan Dji'ih sejak tahun 1899 s/d 1911.
4. Bergabung dengan Boedi Oetomo dan Syarikat Islam dibawah bimbingan para pejuang politik tahun 1908 dan 1911
5. Mendapat vonis Hukuman Mati Tahun 1916 karena dianggap tokoh utama dibalik perlawanan Petani Condet namun berhasil meloloskan diri dari Penjara jambi sedangkan dua rekannya yaitu Entong Gendut dari Condet dan Entong Geger dari Pejaten gugur tertembak
6. Mendapat vonis Hukuman Mati tahun 1924 karena dianggap menjadi tokoh utama peristiwa pemberontakan ki dalang di Tangerang tahun 1924, namun lagi lagi berhasil meloloskan diri dari penjara karawang dan kemudian lari ke Bandung lalu hijrah ke Sumatra.
7. Guru, penasehat dan Ayah Angkat MH Thamrin pada tahun 1920 -1922.
8. Tokoh yang mengirimkan sisir dan lipstik kepada salah satu organisasi pemuda yang pro Belanda tahun 1926.
9. Bersikap kritis pada peristiwa Sumpah Pemuda tahun 1928 kepada tokoh tokoh pemuda yang masih kooperatif dengan pemerintah Belanda.
10. Melakukan napak tilas perjuangan para syuhada Jayakarta sejak tahun 1905 s/d 1945

Sumber :
Buku yang berjudul :
7 Kesatria Jayakarta Pituan Pitulung-Perjuangan Panjang Dan Jihad Fisabililah Kaum Pribumi Yang Tertindas
Oleh : Iwan Mahmud Al Fattah

"JAYAKARTA NEGERI PARA MUJAHID"

Jakarta adalah tanah leluhur para Mujahid 
Fattahillah datang secara damai ke negeri Sunda Kelapa
Sunda Kelapa diperolehnya seperti halnya penjanjian Hudaibiyah 
Sejak itu nama Fathan Mubina muncul bergema
Seiring itupula maka muncul nama Jayakarta 
Baru beberapa saat terjadi peralihan kekuasaan
Datanglah bangsa asing negeri Paringgi 
Mereka datang dengan pongah dan melecehkan Jayakarta 
Namun tidak disangka, lautan Sunda Kelapa pecah takbir !
Paringgi terkejut, klaim mereka sebagai kekuatan dunia runtuh
Fattahillah menjepit dan meruntuhkan kekuatan Paringgi 
Takbir menggeleggar menggema di mana-mana..
Paringgi kocar kacir seperti Tikus Got
Fransisc De Sa Kaget tak terkira
Kepercayaan dirinya runtuh seketika
Luka dihati tidak pernah bisa disembuhkan olehnya
Dia memilih hidup menjalani kehidupan agamanya..
Sedangkan Fattahilah dan mujahid bersyukur tiada terkira..
Sujud syukur dan derai air mata mengiringi kemenangan Islam 
Peluk dan haru tidak habis habisnya karena bisa menjatuhkan salah satu imperium laut terkuat dunia saat itu
Sejak itulah negeri Jayakarta berjaya
Islam menyebar dari Kraton Marunda sampai Karawang dan Bogor
Fattahillah, Maulana Hasanuddin, Aria Jipang menjadi tiga kekuatan Islam yang disegani Paringgi dan negeri luar pada saat itu
Jayakarta mampu berdiri tegak...
Namun tragedi itu datang
1619....Jayakarta berhasil direbut manusia bengis Jan Pieterzoon Coen
Sejak itulah nama Jayakarta berganti menjadi Batavia 
Namun mujahidin tidaklah kenal menyerah..
Batavia hanya berada di dalam benteng
Jayakarta tetap berada diluar benteng...
Jayakarta masih terus hidup dengan para Mujahidnya....

Napak tilas perjuangan terus berlanjut
Munculllah nama Pejuang-pejuang Sejati Islam

Pangeran Wijayakusuma bin Fattahillah, Petarung dari Jelambar yang tidak pernah berhenti berjuang...
Pangeran Ahmad Jayawikarta, Jihadis tangguh dari Jatinegara Kaum
Pangeran Kertadria, yang tidak pernah menyerah walaupun akhirnya tubuhnya dipecah menjadi 4 bagian dengan 4 kuda
Pangeran Wirantayuda yang merupakan Panglima Perang Untung Surapati dam gugur di Pasuruan
Pangeran Jidar Nitikusuma yang harus syahid karena dibunuh Tuan Tanah China dan Belanda
Pangeran Papak yang harus menyingkir ke garut karena diburu hidup atau mati oleh Tuan Tanah dan Belanda
Aria Wiratanudatar yang tanahnya dirampas Tuan Tanah China dan Belanda kemudian akhirnya harus hijrah ke Cianjur
Pangeran Sake yang kemudian dibuang ke Srilangka 
Pangeran Soegiri yang terus menerus menjadi buruan Penjajah
Pangeran Sangyang yang jadi buruan VOC
Pangeran Senopati yang merupakan musuh besar VOC
Pituan Pitulung yang tanah leluhurnya dirampas Tuan Tanah China dan Belanda dan menjadi musuh besar Penjajah...

Hei....Jayakartaku adalah negeri leluhur para Mujahid...
Sudah sejak lama negeri ini dihuni oleh para pejuang-pejuang sejati Islam......
Catat olehmu......Tidak ada kamus menyerah untuk mempertahankan negeri ini dari bangsa asing...
Catat olehmu....sekalipun kami harus berhadapan dengan para pribumi penghianat, namun jiwa perjuangan tidak akan pernah runtuh pada diri dan jiwa kami...

Jayakarta adalah Islam....
Islam adalah Jayakarta.....

"JAKARTA DALAM BAHAYA !"

Ya Jakarta kini dalam bahaya besar...
Semua ini karena adanya peristiwa peristiwa kontroversial yang berkaitan dengan salah satu Gubernurnya.
Sosok ini diidentikan sebagai manusia yang tidak lepas dari masalah...kalau boleh saya menyimpulkan masalah yang paling menonjol adalah perilakunya yang kelewat batas terhadap nilai nilai kemanusiaan, sehingga sangat wajar kalau saya mengajukan sebuah pertanyaan bahwa yang benci kepada AHOK karena agama dan etnisnya itu sebenarnya siapa ? (Kali ini saya sebut nama panggilannya langsung). Sengaja saya lontarkan pertanyaan seperti itu karena isu isu inilah yang paling sering diangkat baik mereka yang kontra dan pro.
Sebenarnya waktu AHOK jadi Wagub DKI tidak banyak yang mempermasalahkan agama dan etnisnya, ini menandakan betapa tolerannya bangsa pribumi pada pendatang seperti AHOK ini. Orang Jakarta sendiri sejak dulu memang sangat menjaga betul toleransi terhadap pendatang, saking toleransinya mereka banyak yang bersabar terhadap perilaku pendatang seperti AHOK ini.
TOLERANSI di Jakarta itu sangat unik, semua suku bisa bersatu dalam kehidupan sosial kemasyaratan, apakah dia china, arab, india, Belanda, Bugis, Ambon, Madura, Palembang, Padang, Sunda, Jawa, Papua, Kalimantan, Aceh, semua suku suku tersebut bisa saling gotong royong, tidak peduli dia Islam, Kristen, Hindu, Budha, Kong Hu Cu atau yang tidak beragama sekalipun, bila sudah bersatu dalam kehidupan di daerah ini betapa indahnya negeri Fathan Mubina ini.Pribahasa dimana Bumi dipijak disitu langit di Junjung terasa indah diwilayah bersejarah ini.
Tapi sejak AHOK menjadi Gubernur DKI tatanan yang sudah berlangsung ratusan tahun seperti ini mulai runtuh dan tercerai berai. Kebencian akan etnis khususnya China sudah seperti Api dalam sekam, tinggal tunggu kapan meledaknya saja. Isu-isu agama yang selama ini bisa diredam para alim ulama dan tokoh tokoh agama lain kini mulai menggelegar ketengah masyarakat. Jelas ini adalah hal yang berbahaya. AHOK tanpa sadar (atau pura pura tidak sadar) sedang memasang perangkap Devide Et Impera terhadap pribumi. Keberfihakannya terhadap Konglemerat yang banyak berasal dari bangsanya sendiri semakin menambah dendam rakyat kecil terhadapnya. Perlakuannya yang tidak manusiawi terhadap rakyat kecil semakin menjadi-jadi, kata-katanya bahkan lebih tajam daripada pedang. Dia menjadikan rakyat seperti semut yang mudah diinjak sedangkan para konglemerat china dijadikannya gajah untuk siap menginjak siapa saja. Para Konglemerat yang banyak berasal dari Hokkian China betul-betul dianak emaskan AHOK melalui berbagai mega proyek. Harus diakui memang solidaritas etnis china ini sangat kuat, sekalipun mereka berada jauh di negeri asalnya, tapi semua bisa disatukan dengan adanya pengagungan terhadap asal usul leluhur mereka.
Jakarta yang merupakan daerah multi kultur betul-betul sekarang ini seolah sudah seperti "BOM" yang siap ditekan tombolnya. Di sisi lain banyak etnis-etnis china yang sebenarnya baik dan tidak sepakat dengan prilaku ahok mulai gelisah dan ketar ketir kalau - kalau tragedi 98 terjadi lagi (walaupun kasus ini masih pro dan kontra). Mereka inilah justru yang banyak was was karena berdasarkan pengalaman sejarah sering menjadi salah sasaran kemarahan rakyat, sedangkan para konglemerat dan pejabat seperti AHOK ini justru sulit untuk disentuh..Dia bahkan semakin jumawa saat beberapa media besar menjadi corong informasi dirinya, dia juga mampu membuat bungkam pemimpin negeri ini dalam menyikapi berbagai penggusuran, dia juga mampu membuat aparat seperti TNI dan POLRI untuk selalu mau mengikuti kemauannya atas nama konsitutusi dan aturan sekalipun nanti akan banyak darah tertumpah dan derasnya air mata kesedihan....dia bahkan sudah berani menghina lembaga negara kita yang telah dibangun dengan susah payah dan memiliki sejarah yang panjang..
Suasana Politik yang harusnya meriah dalam tataran normal, kini terasa mencekam dan seolah penuh dengan horor, Di sisi lain gerakan dukungan terhadap AHOk baik yang terlihat maupun yang berada dibelakang layar semakin intensif untuk terus mempertahankan AHOK menjadi Gubernur DKI atau mungkin nanti menjadi PRESIDEN !
Saya tidak bisa membayangkan jika suatu saat gerakan rakyat itu meledak, sudah pasti akan banyak terjadi kerusuhan seperti peristiwa 1998 itu. Hal ini karena disebabkan arogansinya seorang pemimpin seperti AHOK ini.Saya bukan memprovokasi, karena saya sendiri tidak senang dengan kekerasan, namun jika melihat AHOK ini bukan tidak mungkin peristiwa-peristiwa Rasial seperti yang dulu bisa terulang lagi...
Belajarlah sejarah HAI AHOK.....Pemimpin Yang Zholim itu tidak akan lama berkuasa......Saya yakin jika perilakumu itu dirubah, sikapmu terhadap agama Islam juga mulai terbuka dan toleran, kepeduliannmu terhadap rakyat kecil tanpa harus kau gusur mulai kau tanamkan, kepedulianmu kepada wong cilik mulai kau utamakan daripada konglomerat Hokkian yang selama ini kau akrabi, maka aku yakin bahwa rakyat Jakarta tidak akan pernah mempermasalahkan apa "agama" dan etnismu itu.....tapi kalau kau masih bersikeras dengan watakmu yang sekarang ini, ingatlah Hai "Ir. Basuki Cahya Purnama".... "Sejarah itu Seringkali Berulang...." janganlah kau "jadikan" Jakartaku ini seperti Tragedi Angke.....
Iwan Mahmud Al-Fattah....
Hamba Allah Yang Mencintai Perdamaian di Jakarta...

LUAR BATANG TANAH MILIK SIAPA ?

(Duka Nestapa Rakyat Jelata Dan Arogansi Pemimpin Jakarta Yang Buta Akan Sejarah )
Oleh : Iwan Mahmud Al-Fattah
Berdasarkan beberapa sumber yang kami dapati wilayah Luar Batang ini dahulunya merupakan sebuah tempat yang dimiliki oleh Sayyid Husein bin Abi Bakar Alaidrus yang merupakan salah satu ulama besar Jakarta yang hidup pada masa pertengahan abad ke 18 Masehi. Sekalipun beliau ini bukan asli orang Jakarta, namun jasanya dalam terhadap rakyat sangatlah besar. Berkat dakwah Islamiahnya wilayah Jakarta khususnya pesisir Jakarta Utara semakin semarak.
Mengenai status tanah Luar Batang, itu adalah merupakan pemberian dari Gubernur Batavia saat itu sebagai bentuk permintaan maaf karena telah menahan dan memenjarakan Sayyid Husein Alaidrus. Sejak diberikan tanah Luar Batang inilah beliau membangun sebuah rumah tempat tinggal dan juga membangun sebuah surau yang terus berkembang hingga menjadi sebuah Masjid Luar Batang yang berdiri kini (Abdu Kodir, 2011 : 26).
Sayyid Husein bin Abi Bakar Alaidrus sendiri menurut sejarah yang dimiliki oleh beberapa sumber Sumber dari keluarga besar Alawiyyin, datang ke Jakarta pada tahun 1746 M pada usia sekitar 25 tahun. Ia datang melalui Pelabuhan Sunda Kelapa dan setelah tiba langsung menetap di Kampung Baru Pasar Ikan Jakarta Utara yang saat itu merupakan benteng pertahanan VOC dan pada masa itu merupakan kawasan terlarang bagi penduduk (Abdul Qodir, 2011 : 33).
Di Jakarta Sayyid Husein termasuk pejuang Nasional yang gigih membela Tanah Air Indonesia. Dimasa hidupnya ia berjihad melawan penjajah, itulah sebabnya VOC pada waktu itu sering menjebloskannya di penjara. Namun disisi lain, para petinggi-petinggi VOC tidak berani untuk mengusiknya, hal ini karena keberanian, ketegasan dan wibawanya. Karena Sayyid Husein bin Abi Bakar Alaidrus adalah ulama karismatitk yang memiliki pengaruh yang begitu besar. Sosoknya sangat disegani oleh kalangan pribumi maupun pemerintahn kolonial Belanda. Orang mengenalnya sebagai sosok pribadi yang pemberani, sangat alim, bijaksana, tenang, lemah lembut dan berakhlak (Abdul Qodir, 2011 : 37).
Sebagai sosok ulama yang karismatik sosok Sayyid Husein bin Abi Bakar Alaidrus masih terus dikenang sampai sekarang, bahkan berkat nama besarnya Kampung yang dia tempati kini menjadi sebuah pemukiman yang cukup dikenal di seluruh Indonesia bahkan luar negeri, yaitu KAMPUNG KERAMAT LUAR BATANG. Makam beliau dan Masjid Keramat Luar Batang seolah menjadi magnet bagi para peziarah pada hari-hari biasa, ratusan peziarah berdatangan dari segala penjuru, sementara pada waktu maulid ataupun Haul beliau, ribuan peziarah membanjiri komplek halaman mesjid (Abdul Qodir, 2011 : 41). Bahkan orang-orang besar di negeri ini pernah mendatangi situs bersejarah ini untuk berziarah seperti GUS DUR dan SBY. Ulama-ulama besar Indonesia dan juga dari luar negeri bahkan setiap tahun sering menjadikan makam beliau sebagai tujuan utama wisata religi, sehingga tidak heran jika kegiatan religi Masjid dan Makam Keramat Luar Batang ini berlangsung selama 24 Jam.
Luar Batang jelas merupakan sebuah situs sejarah penting bagi kota Jakarta, keberadaanya bukan hanya dirasakan oleh warga pribumi ataupun keturunan Arab saja. Dalam catatan A. Heuken SJ yang mengutip catatannya Van Der Berg, disamping sebagai pusat ziarah Nusantara, Luar Batang juga banyak diziarahi orang CHINA CAMPURAN dan INDO untuk memohon keberhasilan dalam usaha mereka untuk memperoleh keturunan dan sebagainya (Heuken, 2003 : 50). Heuken juga menambahkan bahwa berdasarkan laporan dari Ong Hoe Hoe bahwa sudah sejak lama banyak orang TIONGHOA berziarah ke Luar Batang antara lain karena adanya makam Abdul Kadir yang terletak di dekat makam Sayyid Husein Bin Abi Bakar Alaidrus (Heuken, 2003 : 54). Keterangan tersebut jelas menunjukkan bahwa di daerah Luar Batang masyarakat Islamnya sangat terbuka bagi umat lain, sekalipun mayoritas warga China yan datang itu non muslim, namun sampai saat ini tidak pernah ada larangan bagi mereka untuk berkunjung ke makam Luar Batang.
Sejak masa Sayyid Husein Alaidrus hidup hingga sampai sekarang ini Luar Batang adalah salah satu pemukiman tua yang berada di kota Jakarta. Sayyid Alwi Shahab bahkan menuliskan di dalam bukunya bahwa Luar Batang sudah ada sejak tahun 1630an. Artinya daerah sebelum Sayyid Husein datang memang sudah ada.Luar Batang menurut penulis Betawi yang aktif ini merupakan salah satu tempat persinggahan TUKANG PERAHU PRIBUMI yang ingin masuk Pelabuhan ke Sunda Kelapa (Alwi Shahab, 2004 : 20 - 21).
Daerah yang berada tidak jauh dari laut ini bahkan merupakan Kampung Nelayan yang kehidupan lautnya sangat bersahaja. Laut lagi masyarakat Luar Batang adalah denyut nadi kehidupan mereka, Di daerah ini terdapat beberapa situs penting dan juga Pasar Ikannya yang cukup dikenal seantero Jakarta. Di Luar Batang juga banyak terdapat masyarakat yang sudah hidup lebih dari 4 generasi, artinya banyak yang menetap di daerah ini lebih dari 100 tahun. Sekalipun kehidupan di Luar Batang itu terlihat kumuh namun kehidupan di daerah ini sangatlah damai dan normal, dan itu sudah sering kami saksikan, mengingat kami ini sering berziarah kemakam Sayyid Husein Alaidrus. Luar Batang bahkan pernah dijadikan sebagai Tur Sejarah bagi orang-orang dari Luar Negeri, sehingga akhirnya daerah ini banyak dikenal dan kemudian dijadikan tujuan wisata sosial bagi turis-turis asing. Dengan keberadaan Kampung Keramat Luar Batang ini telah terbentuk sebuah wajah kehidupan yang unik yang kemudian mampu bertahan hingga ratusan tahun.
Namun semua itu kini tinggal kenangan, Luar Batang akhirnya digusur !!!
Pemerintah Pemda DKI atas nama peraturan daerah telah dengan semena-mena menggusur secara paksa masyarakat yang hidup di wilayah bersejarah ini. Dengan alasan untuk dijadikan RUANG HIJAU Pemda DKI yang dikomandoi oleh IR. BASUKI CAHAYA PURNAMA (kelihatannya nama yang cukup indah) menggusur habis-habisan masyarakat yang tinggal disekitar masjid dan makam, padahal dahulunya wilayah yang ditempati masyarakat Luar Batang adalah milik Sayyid Husein bin Abi Bakar Alaidrus !!! Sekalipun yang digusur itu adalah masyarakat sekitar makam dan masjid, ini jelas adalah sebuah “Pembodohan Sejarah” karena siapapun tahu bahwa masyarakat Luar Batang dengan Makam dan Masjid Luar Batang satu kesatuan. Kalau masyarakatnya dijauhkan dari makam dan masjid sudah tentu situs bersejarah tersebut akan terisolasi dari kehidupan sosial. Setelah terisolasi bukan tidak mungkin lama kelamaan akan “dihabisi”. Adanya klaim kalau tanah Luar Batang adalah tanah Pemda DKI atau Tanah Negara adalah sebuah hal yang menggelikan, mengngat status tanah tersebut sudah ratusan tahun dihuni oleh masyarakat Luar Batang. Kalaupun tiba-tiba muncul sebuah SERTIFIKAT ATAS NAMA DAERAH ATAU NEGARA, sejak kapan kemunculannya ? Sejak Masa Ir. BASUKI CAHAYA PURNAMA ??? SIAPA PULA YANG MENGELUARKAN KEBIJAKAN TERSEBUT ??? AHOK ??? ATAU “BADAN PERTAHANAN NEGARA” ???
Penggusuran Luar Batang jelas sebuah cara untuk menghilangkan “Peran Sejarah Umat Islam Jakarta” secara perlahan-lahan. Dengan mengusir penduduk yang tinggal di sekitar tempat tersebut telah menyebabkan terserabutnya akar-akar sosial yang sudah mapan dan terbentuk dengan baik di Luar Batang. Bukanlah hal yang mudah membuat struktur masyarakat sosial itu dalam sekejap, tidak mungkin profesi nelayan yang merupakan profesi yang sudah berakar berurat ratusan tahun seperti di Luar Batang ini tiba-tiba dipindahkan ke rumah susun yang jauh dari laut, kemudian “memaksa” mereka untuk berfikir segera mencari profesi selain nelayan, memangnya LAUT ITU MILIK SIAPA HINGGA ORANG TIDAK BOLEH MENJADI NELAYAN ? Sudah jelas masyarakat Luar Batang identik dengan laut dan itu dibuktikan dengan adanya Pasar Ikan. Lagipula rumah susun bukanlah sebuah solusi cerdas untuk korban penggusuran, masih banyak cara lain untuk memperbaiki lingkungan, bisa dengan penanaman besar besaran pohon mangrove disekitar pesisir pantai Jakarta, pengerukan kali yang dangkal, pelebaran waduk yang terbengkalai, membuat pori-pori tanah buatan, operasi simpatik sampah kali dan sampah laut dengan melibatkan TNI dan POLRI, penyadaran akan potensi kelautan dan perairan, melibatkan masyarakat langsung dalam mengatasi problem lingkungan, penanaman pohon-pohon dipinggir sungai Jakarta, atau dengan mendayagunakan ormas-ormas budaya untuk terlibat mengatasi masalah-masalah sosial di Jakarta dan masih banyak lagi cara lainnya. Sedangkan menggusur adalah cara “Barbar” dan “Potong Kompas” dalam mengentaskan masalah sosial. Menggusur adalah menandakan jika akal seorang pemimpin itu “BUNTU” untuk berfikir jernih dan matang. Menggusur adalah cerminan miskinnya pengalaman dalam hal Perencanaan Tata Kota. Secara umum dapat saya katakan bahwa menggusur bukanlah sebuah tindakan yang bijak dalam mengatasi persoalan, hanya pemimpin-pemimpin yang zholimlah yang senang akan penggusuran.
Adanya penggusuran yang membabi buta bukan tidak mungkin bisa membuat situs-situs bersejarah Islam lain terancam keberadaanya dan bukan tidak mungkin sejarah tempat tersebut akan segera “dihabisi” dengan cara menggusur masyarakatnya. Ini bukan Provokasi, karena jika melihat tindakan yang pernah dllakukan “anak buah” Ahok dalam menggusur pemukiman rakyat, bukanlah hal yang mustahil tempat-tempat religi bersejarah di Jakarta lainya ikut “direhabilitasi” dengan alasan “PENGADAAN RUANG HIJAU”, "PENATAAN WILAYAH KOTA" (tapi mengorbankan rakyat miskin). Alasan-alasan seperti inilah inilah yang bisa saja mengancam situs seperti Masjid dan Makam Kramat Kampung Bandan Ancol, Masjid An-Nawir Pekojan, Makam Mbah Priuk, Makam Habib Ali Kwitang dan Masjid Arriyadnya, Makam Syekh Abdul Ghoni Kayu Putih dan Masjidnya, Masjid Matraman Dalam Dan Makam KH Syamsudinya, Masjid Al Hawi dengan makam-Makam para ulama besarnya, Masjid Al Anwar Angke dengan makam para syuhadanya, Makam dan Masjid Jayakarta di Mangga Dua, Makam Sayyid Bahsin dan Masjid Al Abror Mangga Dua, Masjid Al Atiq di Kampung Melayu, Makam Pangeran Ahmad Jayawikarta dengan Masjid As-Salfiahnya di Jatinegara Kaum, Makam Pangeran Wijayakusuma di Jelambar, makam Guru Mansur dan Masjid Al Mansuriahnya, Makam Datuk Ibrahim Condet dan masjidnya, dan masih banyak yang lainnya yang keberadaanya bisa hilang karena arogansi seorang pemimpin.
Memang upaya yang paling mudah untuk mengusir masyarakat adalah dengan cara merampas “TANAH-TANAH RAKYAT PRIBUMI” menggunakan alasan “LEGAL FORMAL” dan “TERTIB ADMINISTRASI”. Ironisnya Penggusuran itu “disinyalir” justru untuk kepentingan bisnis para Taipan China Hokkian yang sedang mengerjakan Mega Proyek Reklamasi Pantai. Kasus seperti ini mengingatkan saya akan peristiwa yang terjadi pada 130 – 150 tahun yang lalu dimana Penguasa Penjajah yang Berkolaborasi dengan Tuan Tanah China di Batavia serta didukung penghianat Pribumi telah banyak merampas tanah-tanah milik Pribumi asli termasuk tanah keluarga besar Pituan Pitulung (Pitung). Dengan liciknya mereka itu menggunakan aturan yang mereka buat sendiri serta membuat sertifikat-sertifikat tanah fiktif yang dicap dari Penguasa Penjajah. Tidak heran dengan tindakan kejam dari Penguasa Penjajah, Tuan Tanah China dan Juga Inlander penghianat bangsa tersebut telah banyak menimbulkan perlawanan di Jakarta Dan Sekitarnya seperti, Perlawanan Pituan Pitulung ditahun 1889 - 1903, Perlawanan Rakyat Tambun Bekasi, Perlawanan Rakyat Tangerang & Jakarta Tahun 1924 (Ki Dalang), Perlawanan Petani Condet 1916, dan masih banyak lagi lainnya. Jika saya renungkan sepertinya kondisi sekarang ini seperti De Javu Sejarah yang pernah terjadi pada masa lalu. Dan mereka sebagian yang kini berkuasa itu rupanya ada yang tidak menyadarinya atau memang sebenarnya mereka itu BUTA SEJARAH..???
Penggusuran yang terjadi di Luar Batang adalah sebuah tragedi rakyat yang paling menyakitkan, anehnya tragedi pilu ini masih saja “dimaklumi” dan “dilogikakan” oleh pendukung Ir. Basuki Cahaya Purnama bahwa tindakannya itu benar, titik !. Disaat air mata rakyat Luar Batang tumpah dan tubuh dan jiwa mereka “tercabik cabik” para pendukung “Gubernur DKI” ini bisa-bisanya sebelumnya mengadakan syukuran karena target periolehan KTPnya tercapai. Apakah mereka ini tidak melihat wajah-wajah derita rakyat Luar Batang yang dulu pernah memilih idolanya itu hingga menang telak didaerah Luar Batang ! Bahkan untuk penggusuran tersebut saja TNI dan POLRI sangat berperan aktif padahal seragam dan senjata mereka berasal dari uang rakyat...Ah Betapa Ironisnya...Saya sendiri ketika melihat aparat negara ini yang banyak berada di lokasi, tiba-tiba jadi ingat beberapa Sumpah dan Janji yang pernah mereka ucapkan dimana salah satunya adalah melindungi rakyat, saya juga ingat akan sosok Jenderal Andi Muhammad Yusuf dan Jenderal Hoegeng Imam Santoso. Satpol PP ? ah jangan-jangan mereka tidak faham arti lambang yang digunakan dibaju yang mereka pakai itu ? lebih menyakitkan lagi beberapa "media besar" bahkan sangat minim pemberitaan terhadap tragedi kemanusiaan ini, ada apa dengan ini media media ini ? Sudah terjualkah idealisme mereka ? Dimana pula suara orang orang yang dulu pernah kritis dimasa pemerintahan terdahulu ? Keheranan saya juga semakin bertambah tatkala mengamati respon para pejabat kita termasuk Bapak Presiden RI Ir. Joko Widodo yang tidak begitu reaktif dan keras dalam menyikapi kasus tersebut, yang saya peroleh dari fakta informasi valid beberapa hari setelah peristiwa Luar Batang, beliau justru sangat sibuk menerima tamu dari “DELEGASI PARTAI KOMUNIS CHINA”. Yang juga tidak kalah anehnya, para aktivis seperti Ratna Sarumpaet ditangkap dengan alasan sebagai Provokator, padahal dia hanya mendampingi rakyat Luar Batang seolah dia ini teroris Sekalipun Ratna mungkin ada beberapa pendapatnya yang tidak saya setujui, namun sikapnya membela rakyat kecil Luar Batang telah membuat saya malu sebagai lelaki.
Ah, Luar Batang ini Sebenarnya Tanah Milik Siapa sih ???
DAFTAR PUSTAKA
Mauladawilah, Abdul Qodir Umar. 17 Habaib Berpengaruh di Indonesia, Malang : Pustaka Bayan, 2011.
Shahab. Alwi. Saudagar Baghdad Dari Betawi, Jakarta : Republika, 2004.
SJ, A, Heuken. Mesjid-Mesjid Tua DI Jakarta, Jakarta : Yayasan Cipta Loka Caraka, 2003.