Senin, 17 April 2017

MAKAM KRAMAT KAMPUNG BAYUR KALI MALANG, SITUS YANG NASIBNYA TINGGAL MENGHITUNG HARI

Oleh : Iwan Mahmud Al Fattah

Pada hari ini Minggu tanggal 19 Maret 2017, untuk yang kesekian kalinya saya telah melakukan perjalanan napak tilas dalam rangka menghimpun dan mengiventaris makam-makam bersejarah yang ada di kota Jakarta. Apa yang saya lakukan semata-mata hanya ingin memberikan sumbangsih terhadap perkembangan sejarah Jakarta yang notabenenya sebagai Ibukota Negara RI.

Sebenarnya perjalanan yang saya lakukan pada hari ini di luar rencana karena saya sudah ada target lain yang akan dituju. Info keberadaan makam yang satu ini justru saya peroleh dari salah seorang sahabat pada saat saya menghadiri acara pameran golok Betawi yang diadakan di daerah Depok yang berdekatan dengan masjid kubah mas. Sontak saja mendapatkan informasi seperti ini saya langsung bergerak apalagi target awal yang saya tuju juga masih satu jurusan dengan makam ini.

Makam yang saya temukan ini posisinya berada persis di belakang kampus Borobudur Kali Malang. Untuk menemukannya tidaklah terlalu sulit karena makam ini terletak tidak jauh dari jalan tol. Secara administratif makam ini berada di wilayah Kelurahan Cipinang Melayu Kecamatan Makasar Jakarta Timur.

Menurut salah satu pengurus ini makam, makam yang dibangun seperti makam yang bernama Pangeran Dian Ganjar sebenarnya hanya sebuah petilasan. Dahulunya tempat yang jadi makam itu adalah sarana uzlah Sang Pangeran. Sedangkan yang benar-benar makam adalah makam juru kunci pertama yang selama hidupnya punya banyak keistimewaan. Beliau bernama Nini Jendil. Suaminya bernama Kumpi Lisan yang berasal dari Makasar. Makam lain ada juga berdampingan dengan kumpi lisan yang bernama Kumpi Toko. Mereka adalah orang orangtua dulu yang ada di Kali Malang.

Sayangnya keberadaan makam makam yang ada disini hanya tinggal menunggu hari saja, karena berdasarkan rencana tata kota, daerah pemakaman ini akan dibuat jalur jalan layang. Lagi-lagi hanya demi sebuah pembangunan situs-situs yang ada akan dilenyapkan. Bukan kali ini saja saya menemukan hal seperti ini. Sepertinya pembangunan tidak mengenal yang namanya "konservasi" yang ada perusakan lingkungan dengan dalih pembangunan. Padahal kalau melihat suasana sekitar pemakaman, kondisinya sangat hijau sekali bahkan disamping makam ada pohon yang tinggi dan menjadi penanda makam bila dilihat dari arah jauh.

Ironis jika situs seperti ini akan dihilangkan demi sebuah pembangunan besar besaran. Bukan hanya pohon pohon yang jadi korban, situs situs juga berusaha untuk dihilangkan oleh pemerintah demi sebuah pembangunan...

Ironis....