Senin, 17 April 2017

MAKAM PENDEKAR BESAR BETAWI, GURU BESAR MAEN PUKULAN CINGKRIK DI KELAPA DUA KEBUN JERUK JAKARTA BARAT


Satu lagi saya menemukan kejutan di komplek pemakaman di masjid Assurur Kelapa Dua Kebun Jeruk. Masjid bersejarah ini memang penuh dengan kejutan. Dari awal masuk saya dan istri memang sudah merasakan suasana yang lain ketika masuk ke komplek makam ini. Komplek pemakaman ini ternyata banyak dimakamkan orang-orang Sholeh yang mastur, beberapa dari mereka adalah Waliyullah..

Dalam penelitian tentang sejarah Guru Abdulloh bin Umar tanpa disangka-sangka saya juga diberi tahu Bang Zain sebagai cucu dari Guru Abdulloh bahwa di komplek makam masjid Assurur ada makam Pendekar Besar Betawi yang merupakan salah satu pewaris maen pukulan (silat) Cingkrik. Ilmu silat atau maen pukulan Cingkrik sendiri adalah salah satu aliran khas Betawi yang banyak terdapat di Rawa Belong dan sekitarnya termasuk juga Kelapa Dua. Maen pukulan Cingkrik sampai saat ini masih bertahan dengan baik, bahkan aliran ini sudah menyebar di berbagai wilayah Jabodetabek dan keberadaannya juga sudah diakui IPSI (Ikatan Pencak Silat Indonesia). 

Terus terang saya agak kaget juga begitu tahu makam Kong Sinan berada di komplek masjid Assurur. Saya sudah sering mendengar nama Pendekar besar ini namun kalau makamnya justru baru tahu kemaren. Tentu saja begitu tahu makam beliau saya langsung mendatanginya. 

Dalam kehidupan masyarakat Betawi, seorang guru besar seperti Kong Sinan ini, selain jago maen pukulan biasanya juga seorang yang mengerti dan faham akan ilmu agama bahkan banyak dari mereka ya ulama ya pendekar juga. Kalau sudah jadi pendekar sudah tentu yang didahulukan adalah ilmu agamanya. Tidak heran istilah "lu jual gua beli" selalu populer di mata Pendekar Betawi. Tidak ada itu istilah petantang petenteng yang ada adalah sikap rendah dan penuh dengan penghormatan terhadap orang lain...tapi kalau mereka dizalimin dan dijajah atau bahkan berbuat ngelunjak terhadap mereka, ya haram buat mundur...borong aje sekalian... 

Menurut cucu Guru Dulo..Kong Sinan ini sekalipun seorang Pendekar Besar Betawi tapi orangnya rendah hati dan pantang memamerkan ilmunya. Ilmunya diajarkan secara ikhlas, bahkan saking takut terkena penyakit riya" beliau ketika melatih murid-muridnya tidak mau dilihat atau ditonton orang banyak. Bagi Kong Sinan ilmu maen pukulan bukan untuk dipertontonkan apalagi dibayar, ilmu maen pukulan sama seperti ilmu agama yang harus diamalkan dan bermanfaat untuk kepentingan ummat...

Kong Sinan adalah Pendekar Besar yang juga Mujahid...sudah tentu jika melihat umur wafatnya maka beliau masih satu masa dengan penulis kitab Al Fatawi.

Al Fatehah untuk Guru Besar Cingkrik...Kong Sinan....