Senin, 17 April 2017

NAPAK TILAS DI MARKAS PEJUANG JAYAKARTA FRONT BARAT, KAMPUNG BAMBU LARANGAN CENGKARENG (Kiprah Mujahid Kumpi Kuntara)

Habis gelap terbitlah terang..begitu kisah kampung yang pernah menjadi buah bibir pada masa lalu. Dahulu keberadaannya sangat dikenal luas oleh masyarakat Cengkareng, Kalideres dan sekitarnya dan itu lebih banyak dikaitkan dengan ilmu hitam. Pada masa lalu untuk memasuki kampung bambu larangan orang akan berfikir seribu kali karena kampung ini memang gudangnya ilmu hitam.

Mengenai keberadaan ilmu hitam seperti santet atau teluh telah diakui oleh salah satu orang tua yang saya wawancarai. Bahkan menurut beliau banyak orang luar yang telah belajar kepada para orangtua Kampung Bambu Larangan. Bahkan sampai sekarang dia masih yakin beberapa orangtua yang sudah sepuh masih menggunakan ilmu ini, paling tidak mereka simpan untuk pribadi sendiri.
Namun sejak kedatangan para pejuang Jayakarta dan menjadikan daerah ini sebagai markas perjuangan, kampung Bambu Larangan secara bertahap mulai beralih dari kampungnya ilmu hitam menjadi kampung yang Islami. Kitab Al Fatawi mencatat bahwa motor dari perubahan wajah kampung larangan adalah seorang yang bernama AHMAD KUNTARA atau KUMPI KUNTARA.
Pada penelitian saya sabtu tanggal 13 November 2016 saya memang berpatokan pada informasi kitab Al Fatawi. Dan lagi-lagi ternyata kitab Al Fatawi benar adanya. Data kitab Al Fatawi menyebutkan bahwa markas pejuang Jayakarta itu berada di masjid yang bernama Kuntara. Dan masjid itu kini bernama MASJID SAFINATUL HUSNA. Nama Safinatul Husna adalah nama yang belum lama dipergunakan. Nama Kumpi Kuntara sendiri sangat harum ditengah masyarakat karena perannya dalam perjuangan melawan Penjajah. Beliau juga berjasa besar dalam merubah wajah Kampung Bambu Larangan menjadi Islam. Keberadaan Kumpi Kuntara dan peran masjidnya sampai sekarang masih diakui bahkan setiap pembacaan tahlil atau tawassul namanya sering disebut. Hal ini menegaskan bahwa apa yang disampaikan kitab Al Fatawi benar !
Tercatat di kitab Al Fatawi, Masjid Kuntara atau Masjid Safinatul Husna pernah dijadikan basis perjuangan pada tahun 1890 s/d 1909 M. Diantara tokohnya terdapat nama Kumpi Abdul Wahab (ayah penulis kittab Al Fatawi), Kumpi Kuntara, Kumpi Satim dan kaum punti (keturunan) Mujahid Jayakarta. Orangtua yang saya wawancarai menyebutkan bahwa usia masjid ini sudah lebih 100 tahun.
Sayangnya keberadaan makam Kumpi Kuntara hilang karena pembangunah mihrab masjid. Namun ada juga yang mengatakan kalau beliau dimakamkan dibelakang Pasar Guna Karya yang tidak jauh dari masjid. Masjid Kuntara juga mempunyai keunikan. Air wudhu yang dipakai berasal dari sumur lama. Uniknya air ini ada saja yang mengambilnya untuk dipakai sebagai obat.
Memasuki Kampung Bambu Larangan seolah saya masuk lorong waktu saja. Kesan kampung ini buat saya sangat Islami. Saya datang juga tidak didasari rasa khawatir, anggapan kalau kampung ini dulunya gudangnya ilmu hitam sudah hilang menjadi daerah Islami. Peran Kumpi Kuntara yang masih kerabat Kumpi KH Ahmad Syar'i dan Pituan Pitulung juga telah memberikan wajah daerah ini bersinar bahkan Belanda mengawasi secara ketat setiap ada kegiatan kumpul di daerah yang dahulunya banyak terdapat tanaman bambu
Al Fatehah untuk Kumpi Kuntara dan Mujahid Kampung Bambu Larangan...