Senin, 17 April 2017

RUMAH ASLI KELUARGA BESAR PITUNG (PITUAN PITULUNG)


Dahulu rumah ini adalah markas besar Mujahidin Jayakarta di Front Barat. Rumah atau wisma ini Dinamakan Rumah Aria Jipang, karena yang mendirikan adalah keluarga besar Aria Jipang atau Aria Penangsang dari Kesultanan Demak Bintoro. Rumah ini begitu sangat bersejarah sampai sampai kronologisnya begitu lengkap hingga tahun 1945. Rumah ini pada masa kemerdekaan bahkan sempat dijadikan sebagai markas perjuangan...

Selama ini orang mengira kalau rumah Pitung yang asli ada di Marunda, padahal rumah tersebut milik Haji Syamsudin yang pernah didatangi oleh 7 orang anggota Pitung. PITUNG datang untuk memberikan peringatan kepada Haji Syamsudin yang sudah berbuat kurang baik terhadap rakyat dan seorang Kyai yang bernama KYAI/GURU MUSLIM dari Bekasi.

Rumah Jipang ini posisinya berada di gedung Kompas Gramedia Palmerah Jakarta Barat. Sayangnya keberadaan rumah tersebut sudah tidak ada. KOMPAS GRAMEDIA membeli situs sejarah ini dari kluarga Han Tju Bu yang notabenenya bukan pemilik asli. Justru pemilik asli rumah ini banyak keturunan Aria Jipang dan ironisnya mereka yang seharusnya menjadi pemilik rumah ini malah jadi tersingkir. Mereka tersingkir ke beberapa wilayah pinggiran karena memang pada masa lalu mereka itu sering dipaksa oleh pemilik rumah ini agar pindah, tentu si pemilik rumah mendapatkan bantuan dari penjajah dan centeng centeng bayaran......pemilik palsu rumah ini dahulunya ternyata memang banyak didukung oleh para Tuan Tanah China dan pemerintah kolonial.

KIitab Al Fatawi mencatat, berapa kali rumah ini berhasil direbut penjajah namun demikian keluarga besar pituan pitulung juga pernah berapa kali berhasil merebutnya kembali, hingga pada tahun 1959 rumah ini kembali diambil paksa oleh PKI dan memberikannya kepada keluarga Han Tju Bu hingga akhirnya Kompas pun membelinya.

Tahun 1980 beberapa makam di rumah Jipang ini kemudian dipindah di TPU Grogol Kemanggisan termasuk makam Pangeran Jidar Nitikusuma yang merupakan leluhur dedengkot Pitung yaitu Radin Muhammad Ali. Namun sayang makam tersebut belum berhasil saya temukan.

Tahun 1996 atau 1997 rumah Jipang ini akhirnya dirubuhkan dan berganti menjadi bangunan kompas gramedia....hilanglah saksi bisu sejarah orang Jakarta...

Ironis....!

(Rumah Jipang ini digambar sesuai dengan bentuk aslinya oleh Al Allamah KH Ahmad Syar'i penulis terakhir kitab Al Fatawi)