Senin, 17 April 2017

STILAH-ISTILAH YANG HARUS "DIFAHAMI" DAN DILURUSKAN DALAM BUDAYA JAKARTA TEMPO DULU


Ada beberapa pengertian istilah yang kiranya hatus difahami dalam sejarah Jayakarta dari masa kemasa agar dalam penggunaannya tidak mengalami pergeseran makna yang diantaranya : 

1. Jagoan 
2. Tukang Pukul
3. Centeng
4. Jawara 
6. Pendekar 
7. Ahli Maen pukulan 

Kalau para Mujahid Jayakarta masa lalu terutama era Pitung biasanya paling gak mau disebut Jagoan, tukang pukul, centeng atawa Jawara. Ketidak sudian para mujahid itu dikarenakan gelar-gelar tersebut lebih condong kejumawaannya apalagi mereka yang mendapat gelar tersebut pada waktu itu lebih banyak yang berfihak kepada penjajah ditambah lagi penguasa penjajah lebih senang menggunakan istilah-istilah tersebut.

Anak-anak Babe Bendot (salah satu Pendiri organisasi legendaris COBRA Pasar Senen) bahkan pernah protes ke ane dan gak terima kalau Babe mereka disebut pada beberapa tulisan sejarah Jakarta sebagai jagoan karena babe mereka justru tidak pernah mengajarkan sifat seperti itu kepada anak-anaknya. Menurut mereka orang Betawi tidak pernah mengajarkan anak-anaknya untuk jadI jagoan, orang Betawi cukup ngaji belajar silat dan taat sama orangtua. Menurut mereka orang Betawi gak boleh petantang petenteng karena sejak dulu para leluhur emang tidak mengajarkan hal tersebut.

Haji Darip Klender yang terkenal mempunyai ilmu silat tingkat tinggi dan dikenal sebagai pejuang tangguh bahkan dimata anak-anaknya merupakan sosok yang sangat tawadhu. Padahal ilmu bela dirinya sangat diakui oleh banyak kalangan pada masanya. 

Mungkin kita juga pernah mendengar nama Sabeni dari Tenabang, sosok beliau ini bahkan dikenal rendah hati padahal ilmu silatnya pernah membuat KO seorang master karate jepang, padahal lawannya itu berbadan besar dan merupakan ahli karate yang terbaik untuk pasukan jepang di Jakarta pada waktu itu. 

Kitab Al Fatawi sendiri menyebut orang-orang yang ahli bela diri yang soleh sebagai pendekar. Dalam tradisi dulu orang yang ahli bela diri sering disebut ahli Maen Pukulan. Menurut KH Naipin dalam ajarannya kepada seluruh anggota Pitung, seorang Pendekar itu disamping ahli bela diri dia juga harus ahli agama, dia juga harus pintar dan cerdik dan juga merupakan pejuang rakyat. Seorang pendekar juga harus tawadhu dan pantang memamerkan ilmunya kepada khalayak ramai. Kemampuam Ilmu bela diri atau ilmu "hikmah" yang dimilikinya itu baru bisa dikeluarkan apabila sudah terdesak dan sudah tidak ada jalan lain. 

Oleh karena itu pada masa lalu pendekar-pendekar Betawi banyak yang dicintai ulama. Pendekar-pendekat sejati inilah yang kerap berhadapan dengan centeng-centeng dan jagoan bayaran para Tuan Tanah Cina dan Penjajah. Mereka para pendekar sejati ini banyak yang tidak terlihat berpenampilan seperti pendekar, mereka itu wara' dan rendah hati.....sosok mereka bersahaja dan merakyat...namun ketika agama mereka dihina maka mereka ini bisa bisa sangat keras dalam pembelaaannya.. Buat pendekar sejati mati syahid lebih mulia ketimbang ditindas penjajah...