Senin, 17 April 2017

ZIARAH KE MUJAHID BESAR JAKARTA AS-SYAIKH KH DARIP, MACAN BETAWI DARI KLENDER JAKARTA TIMUR


Pada era kemerdekaan nama Pejuang Sejati ini begitu sangat dikenal oleh kawan maupun lawan. Bersama dengan KH Hasbullah Klender dan KH Noer Ali Ujung Harapan kiprah mereka begitu dikagumi karena kegigihan perlawanannya. Belanda bahkan menyebut ulama ini sebagai sosok yang keras kepala. CRIBB seorang penulis sejarah bahkan mengkategorikan dirinya sebagai "Jagoan" pada era Revolusi. 

Nama KH Darip sebenarnya sudah lama saya ketahui. Sejak SMA saya sudah mengenal sejarahnya. Saya baru mulai serius mempelajari tentang beliau setelah menemukan beberapa data sejarah yang tertulis di beberapa catatan keluarga besar KH Ahmad Syar'i penulis kitab Al Fatawi. Nama KH Darip ternyata masuk jaringan perjuangan keluarga besar keturunan Mujahid Jayakarta yang tersebar di seantero wilayah. Domiisilinya yang tidak jauh dari Jatinegara Kaum semakin menegaskan hubungan beliau dengan kaum "Punti" mujahid Jayakarta (Jakarta). Fakta adanya hubungan ini semakin kuat manakala saya dapati info dari Almarhum KH Murtadho jika KH Darip ternyata murid dari Waliyullah Syekh Abdullah Ghani dari Kayu Putih Jakarta Timur. Syekh Abdullah Ghani atau Guru Gani adalah masih terhitung paman dari KH Ahmad Syar'i penulis kitab Al Fatawi. Kecintaan saya terhadap beliau semakin kuat manakala pada sebuah tulisan saya dapati kalau KH Darip pernah belajar silat di tanah kelahiran saya Matraman. Aliran silat Matraman memang pada abad 19 dan awal abad 20 banyak dipelajari. Aliran silat ini adalah milik Pangeran Djoned bin Pangeran Diponegoro.

KH Darip adalah sosok besar, perlawanannya terhadap Belanda dikenal cukup berani, bagi beliau peluru Belanda hanya merupakan maenan anak kecil. Beliau bahkan pernah berhadapan langsung dengan limpahan peluru dan tank namun semua itu tidak berpengaruh apa apa buat beliau. Beliau dalam sejarahnya dikenal sebagai sosok yang rendah hati. Namun jangan dikira, sekalipun rendah hati namun jika sudah berurusan dengan amar ma'ruf nahi mungkar beliau bisa keras seperti Singa. Ulama lulusan Mekkah ini memang dikenal berwatak tegas terhadap kezaliman penjajah.

Di akhir hidupnya, beliau berpesan agar dimakamkan di tanah kelahirannya saja, beliau tidak ingin dimakamkan di TMP KALIBATA. Beliau tidak ingin merepotkan yang ditinggalkan, padahal kalau beliau mau fihak TMP Kalibata sudah menyiapkan liang lahat untuknya mengingat beliau adalah seorang pejuang besar 45. Namun KH Darip tetaplah figur yang tawadhu, baginya lebih bahagia jika dimakamkan di tanah Klender, bumi kelahirannya...

Saya beruntung bisa berziarah ke makam Pahlawan Besar Betawi ini..

Al Fatehah untuk As-Syaikh KH Darip bin Kurdin...