Senin, 10 Juli 2017

FAKTA SEJARAH JAKARTA DI KITAB AL FATAWI


Sunda Kelapa para penguasanya beragama Islam, ini karena mereka sebagian berasal dari Pasai. Mereka hijrah dari Pasai ke Sunda Kelapa ketika Portugis mulai menekan Aceh.

Diantara penguasa Sunda Kelapa ada yang merupakan paman dan bibi dari Fattahillah 

Kekuasaan Sunda Kelapa masih Islam sekalipun sudah dibawah pajajaran. Kedua kekuatan malah menjadi satuketika putra Prabu Surawisesa yang bernama Singa Menggala menikah dengan Ratu Sri Janar Penguasa Sunda Kelapa

Keraton Marunda Kelapa terdapat di Marunda tepatnya di masjid Al Alam Marunda

Keraton Jayakarta bukan dibakar oleh pasukan Jan Pieterzoon Coen tapi ia sengaja dibakar Mujahid untuk mempermudah evakuasi rakyat melalui jalur darat

1 Syawal 933 Hijriah adalah HUT Jakarta yang pertama 

Jayakarta mencapai puncak kekuasaannya pada tahun 1540 - 1546 

Luas kekuasaan Jayakarta pada masa kejayaannya meliputi Tangerang, Bekasi, Karawang, Depok, perbatasan bogor, Seluruh Kepulauan 1000.

Masjid-masjid tua di Jayakarta seperti Kampung Bandan, Angke, Pekojan, Al Mansuriyah, masjid Jayakarta mangga dua pada mulanya merupakan kantong kantong perjuangan para mujahid Jayakarta sampai kemudian diketahui penjajah kafir harbi dan akhirnya dilarang digunakan untuk kegiatan lain selain hanya untuk ibadah saja 

Tete Jongker yang makamnya di Marunda nama aslinya adalah Kapitan Ahmad Sangaji yang turut membantu mujahid Jayakarta. Tete Jongker istrinya adalah Ratu Ayu Fatimah dari Jipang Pulorogo. Dia Syahid di Marunda, VOC menganggapnya sebagai penghianat

Peter Ebveperlt adalah Muallaf karena telah menikah dengan adik Raden Karta Aria/Raden Zakaria/Pangeran Ratu Jayakarta V

Raden Ateng Kertadria atau Raden Karta Aria atau Raden Zakaria adalah Pahlawan Perang Pecah Kulit, beliau adalah tokoh penggerak Mujahid Di Jayakarta, namun sayang dia dihianati oleh bangsanya sendiri

Jan Pieterzoon Coen tewas bukan karena kolera tapi dipenggal oleh Mujahid Jayakarta 

Pitung atau Pituan Pitulung adalah organisasi Jakarta pertama yang berani melakukan perlawanan terbuka 

Muhammad Husni Thamrin kumpinya adalah Sultan Pontianak yang bermarga Al Qadri