Senin, 10 Juli 2017

POROS KEKUATAN ISLAM PADA MASA JAYAKARTA 1527 - 1629

1. Para keluarga dan kerabat Kesultanan Pasai melakukan hijrah ke Sunda Kelapa setelah adanya provokasi dari Kerajaan Katolik Portugis di Aceh dan kemudian keluarga tersebut berhasil melakukan proses Islamisasi sebelum akhirnya langkahnya terhambat dengan adanya perjanjian antara kerajaan Pajajaran dengan Portugis di tahun 1522, namun 5 tahunkemudian kekuatan Islam Pasai timbul kembali setelah Fattahillah berhasil menguasai Sunda Kelapa dengan damai.

2. Majelis Wali Agung dibawah komando Wali Senior seperti Sunan Gunung Jati dan Sunan Kalijaga memberikan mandat kepada Kesultanan Demak untuk menguasai Sunda Kelapa secara damai serta menyelamatkannya dari ancaman misi Kerajaan Katolik Portugis yang saat itu merupakan kekuatan militer laut terbesar di dunia bersama spanyol.

3. Kesultanan Demak dibawah pimpinan Sultan Trenggono menugaskan Keponakannya yang bernama Pangeran Aria Penangsang alias Aria Jipang alias Ratu Sahibul Ma'rifah alias Raden Bagus Sayyid Husein untuk membantu Fattahillah dan Maulana Hasanuddin Banten menggelorakan dakwah serta mengatur pemerintahan Jayakarta.

4. Keluarga Kerajaan Pajajaran yang ada di Jayakarta mengalami proses Islamisasi setelah terjadinya pernikahan antara Penguasa Sunda kelapa Ratu Sri Janar yang merupakan keturunan Pasai dengan Singa Menggala anak Prabu Surawisesa dari Kerajaan Pajajaran. Pertalian semakin kuat manakala Keluarga Demak melalui Aria Jipang telah menikahi Ratu Ayu Jatibalabar binti Singa Menggala bin Prabu Surawisesa. Aria Jipang nantinya juga menikahi anak Fattahillah.

5. Kesultanan Cirebon menugaskan Maulana Hasanuddin untuk menjadi Pangeran Ratu Jayakarta pertama sebelum beliau menjadi Sultan Banten yanÄ£ pertama di tahun 1552. Kesultanan Cirebon melalui perintah Sunan Gunung Jati juga mengutus Pangeran Kuningan Awangga , Fattahillah dan para wali untuk menyebarkan Islam di bumi Jayakarta. 

6. Kesultanan Banten dibawah kepemimpinan Maulana Hasanudin telah memberikan mandat kepada Pangeran Wijayakusuma bin Fattahillah untuk meneruskan tampuk kepemimpinan di Jayakarta dan melanjutkan dakwah Islamiah.

7. Sebagian keluarga besar Jayakarta, Demak, Cirebon, Banten dan Majelis Wali Agung melakukan misi dakwah secara meluas ke wilayah sumatra. Mereka hijrah dan memasuki wilayah Lampung, Sumatra Selatan seperti wilayah Komering, Ogan hingga tembus ke Palembang, beberapa tokohnya bahkan kemudian menetap dan membuat pemukiman, mereka diantaranya Aria Jipang Jayakarta, Aria Sakti Mataram (adik Aria Jipang), Walliyullah Muhammad Zaka bin Fattahillah, Waliyullah Tuan Umar Baginda Saleh bin Fattahillah, Waliyullah Kyai Abdul Aziz Nogowongso bin Fattahillah, Waliyullah Kyai Abdurahman Bondrowongso bin Fattahillah, Waliyullah Amir Qodhi bin Sunan Kudus, waliyullah Amir Hamzah bin Sunan Kudus, Tuan Hamim/Tuan Di Pulau (Trah Sunan Gunung Jati), Waliyullah Pangeran Mas (cucu Sultan Trenggono), Keluarga besar Sunan Giri, Keluarga Besar Sunan Ampel, dan juga Keluarga besar bangsawan Sunda.

8. Poros Malaka dan champa juga ikut menjalin kekuatan dan menyemarakkan Islam dengan masuknya para wali-wali besar ke negeri Sunda seperti Syekh Datuk Kahfi dan keluarga Syekh Quro Karawang di timur Jayakarta.

9. Kesultanan Mataram dibawah Pemimpin besarnya Sultan Agung Mataram berhasil menjalin kekuatan dahsyat bersama Mujahid Jayakarta dan Mujahid Jawa dan Sunda pada tahun 1628 - 1629 M. Mereka juga berhasil melakukan misi dakwah di wilayah barat dan pusat jayakarta.

10. Jayakarta juga membentuk poros Islam yang kuat dengan Sulawesi, ini dibuktikan dengan banyaknya wali-wali dari Makasar yang bergerak di arah Timur Jayakarta serta membantu Banten yang bertempur dengan VOC di Batavia.

Sumber : Kitab Al Fatawi, Kitab Wangsa Aria Jipang dan Arsip Keluarga Dzurriyah Jayakarta